"Kalau ada yang gangguin lo, cukup panggil nama gue pake mantra cinta. Biar ampuh pake sayang." ---Zio suaminya Caroline. Gak pake,
44. Mantra cinta
"Regan anjing!"
Umpatan itu cocok disematkan untuk Regan. Bagaimana tidak, lelaki penggemar basket itu sudah menghakimi Caroline si gadis lugu yang tak sengaja melempar bola pada Dyra.
Tian mengusap kasar wajahnya. "Lo tahu, goblog? Goblog itu lo," umpatnya. Lelaki itu menatap Regan yang duduk di bawah pohon mangga di lapangan tersebut.
Raka merangkul bahu Regan sekilas. "Gue tanya, maksud lo nuduh-nuduh dia itu apa?" tanyanya.
"Gue enggak mau dia berubah kasar gitu. Gue ngerasa dia berubah. Kemaren aja, dia sempet-sempetnya marahin gue. Sekarang, dia bikin Dyra, si murid baru celaka," jelas lelaki itu.
Naka berdecak. "Lo tahu, kenapa cewek bisa berubah gitu? Opsinya ada dua. Pertama, dia kecewa sama lo. Dua, dia punya cadangan. Kayak Nayla, dia enggak jarang marah ke gue. Tapi sekali dia marah atau kecewa ke gue, gue bisa didiemin seminggu."
"Cewek itu ribet, Gan. Mereka itu pengen banget dipahami," tambah Mario.
Tian mengangguk. "Sekalipun dia salah, lo enggak perlu menghakimi dia. Lo enggak liat ekspresinya tadi? Dia takut banget. Mestinya lo nunggu keadaan kondusif dulu," pesan Tian.
Sekarang pemikiran Regan terarah pada Caroline. Dimana tadi, gadis itu ketakutan akibat ulahnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang tak mampu mengontrol emosinya sendiri.
"Lagian, kalaupun lo suka sama Dyra dan khawatir sama tuh cewek. Enggak perlu sampe segitunya. Harusnya lo mikirin perasaan dia juga," ucap Raka menimpali.
Banyak kata seharusnya yang temannya katakan. Banyak pula kata seandainya yang tak bisa terulang.
Seandainya dirinya tak dihadapkan pada pilihan sulit kala itu.
Seandainya dia mampu memilih diantara keluarga atau cinta.
Seandainya ia mampu mempertahankan cintanya.
Seandainya ia mampu menahan amarahnya. Semua tidak akan seperti ini.
Masih bergelut dengan pemikirannya yang kalut, Regan merasakan seseorang menarik kerah seragamnya.
Lelaki itu merasakan bogeman mentah di tulang pipinya. "Maksud lo apa?" tanya Zio yang terus menghajar tubuh Regan.
Regan berusaha menghindar, namun, dirinya yang tak ada persiapan membuat lelaki itu tumbang.
Tak membiarkan Regan lengah, Zio kembali menghajar Regan tepat di perut lelaki itu. Membuat Regan tersungkur.
"Pisahin, pisahin anjing." Naka dan Raka langsung menghentikan pergerakan Zio. Sedangkan Mario dan Tian, mereka membantu Regan untuk bangkit dan duduk di tepi lapangan.
Zio meronta-ronta dalam tahanan Naka dan Raka. Meminta dilepaskan. Hingga pegangan tangan Zio dibelakang tubuhnya terlepas. Lelaki itu kembali maju, mengcengkram baju olahraga Regan.
"Maksud lo apa nyalahin Olin atas kejadian Dyra?" tanya Zio penuh amarah. Kilatan matanya menghunus tajam ke arah mata Regan. Napasnya memburu disertai keringat yang mulai bercucuran.
"Lo tahu, kalau lo percaya sama Dyra, lo termasuk manusia paling goblog yang gue kenal." Zio berujar seraya melepaskan cengkraman di baju olahraga Regan dengan kasar.
"Sebelum lo kenal Dyra sampai lo nuduh Caroline yang enggak-enggak, gue lebih dulu kenal dia," tekan Zio.
Lelaki itu merapikan seragamnya yang terlihat kusut. "Selain cantik, Dyra juga licik," desis Zio.

KAMU SEDANG MEMBACA
Regan & Caroline (LENGKAP)
Teen Fiction[Boleh follow dulu baru membaca. Supaya simbiosis mutualisme] Cover by pinterest Mula-mula, Regan sangat membenci Caroline. Lelaki itu dibutakan oleh cemburu akibat sang bunda yang terlalu menyayangi gadis itu. Tapi, semua itu berubah ketika Caroli...