21

351 74 220
                                    

Playlist: Seamin tapi tak seiman- Petrus Mahendra

21. LDR (Long Distance Religionship)

Pagi ini, kelas XI IPA 1 digemparkan dengan kedatangan Regan bersama seorang gadis. Siapa lagi kalau bukan Caroline. Hal yang sangat luar biasa, bukan? Mengingat bagaimana sifat lelaki itu dulu membuat teman sekelasnya heran.

"Ya mungkin insaf."

"Kalau enggak insaf ya khilaf."

Beberapa temannya berbisik julit. Ya enggak salah sih mau julit, tapi masa julit di depan orangnya?

Mario yang sedang menyantap nasi goreng buatan sang Mama menoleh. Menelisik kedua insan yang tengah menyimpan tas di gantungan meja. "Gila, gila. Kayaknya ada yang lagi ekhem ekhem nih," celetuk Mario sambil memasukan sesendok nasi goreng.

Ucapan tersebut membuat Naka memandang sekilas kedua sejoli itu. Senyum miring tercetak jelas di wajah tampannya. 'Satu sama.' Batinnya berseru.

"Awas, nanti jatuh cinta. Cinta kepada dirinya, jangan-jangan kamu jodohnya." Mario bernyanyi lagu Armada dengan lirik yang diganti.

Tatapan polos Caroline mengarah pada Mario, "Mario nyanyi buat siapa?" tanyanya lugu. Membuat Mario ingin sekali menjitak kepala gadis itu sambil berucap 'Buat cowok yang di sebelah lo bege!" Cuma, karen Mario itu penyabar jadi dia diem aja sibuk makan.

"Kalau makan, jangan sambil nyanyi, mati tahu rasa." Mario terkekeh mendengar ucapan Regan yang terkesan salting.

"Buat yang lagi ngerasa aja sih, Lin. Kenapa emang lo ngerasa?" tanyanya pada Caroline namun pandangan lelaki itu mengarah pada Regan yang duduk di meja seraya memainkan ponselnya.

Olin menggeleng dan menyengir, "Enggak sih. Nanya aja. Jarang banget 'kan kamu nanyi. Udah gitu, liriknya diganti lagi."

"Btw, si Tian dimana?" Regan bertanya pada Mario. Hanya bangku Tian yang kosong disana. Raka, sudah pasti mengisi jamnya dengan bermain basket di lapangan.

"Entah, bolos kali. Tapi tumben ya tiba-tiba dia bolos gak ngabarin." Mario agak meragu. Mengingat postingan instastory milik Tian yang mengatakan 'ilysm but...' seperti ada makna yang disembunyikan lelaki itu.

"Tunggu aja, bentaran juga dateng kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu aja, bentaran juga dateng kok." Naka yang sedari tadi diam itu kini berucap. Ya, semoga Tian segera datang.

************

Sepasang mantan kekasih tengah berdiam diri di rooftop sekolah. Keduanya masih sibuk dengan keterdiamannya masing-masing.

"Ra."

"Yan."

Keduanya berucap dengan serempak. Sontak pandangan mata keduanya beradu.

Tian menggarung tengkuknya yang tak gatal. "Kam- lo duluan aja Ra." Tian memutuskan kontak mata mereka. Tak ingin menatap mata teduh itu.

Gadis yang di panggil Ra, pun menggeleng, "Enggak. Kamu duluan aja. Kan kamu yang nyuruh aku kesini," ujar gadis itu.

Tian berdeham. "Apa alasan lo tadi malam mutusin gue?"

Gadis dengan nama Raina Kamalia itu kini memandang wajah Tian. "2 Korintus 6 ayat 14-15." Raina menyebutkan satu ayat yang kemarin malam ia lihat di berabda twitternya. Lelaki bernama lengkap Christian Immanuel itu mengadah. Menatap balik mantan kekasihnya yang memalingkan wajah. Gadis itu lebih memilih memandang lapangan yang berada di bawah ketimbang wajah Tian.

"Maksudnya?" Demi apapun! Jantung lelaki itu berdegup kencang hingga tangannya dingin. Ia memiliki firasat yang tidak baik untuk hubungannya.

"A-aku enggak mau jadi pendosa dengan pacaran juga mencintai kamu, Yan." Kala mengucapkan kalimat itu, suara Raina bergetar. Apa yang salah dalam mencintai? Apa yang salah dalam memiliki? Tolong beritahu Tian.

Kening Tian berkerut. "Hah?! Pendosa?! Sejak kapan mencintai menyebabkan dosa?" tanya Tian emosi. Tangannya menyentuh kedua bahu Raina dan mengguncangnya "Kapan Ra?!"

"Sejak kita saling mencintai." Jawaban dari Raina hanya mendapat decakan dari Tian.

"Yan, dari awal, kita udah enggak bisa. Kita terlalu memaksakan ego kita untuk menjalin suatu hubungan." Tian melepaskan pegangannya pada bahu Raina. Dan melangkahkan tungkai yang dibalut sepatu white-navy miliknya. Duduk di sofa memandang kosong kearah lantai rooftop.

"Dari awal, aku suka sama kamu. Kamu suka sama aku. Terus letak memaksakannya di mana?" tanyanya pura-pura bodoh. Oh, ayolah, di mana ada orang yang mau memutuskan suatu hubungan disaat sedang sayang-sayangnya?

Raina menghela napas, "Yan. Kamu tahu LDR paling rumit?" Tian diam.

"Beda iman. Kita terpisahkan oleh benteng yang tinggi. Dan, diantara kita, gak ada yang bisa buat lewatin itu."

"Aku. Aku yang bakal lewatin itu, Ran," lantang Tian. Raina langsung memandang Tian terkejut.

"Dan biarin aku ambil kamu dari Tuhan kamu, iya?" Tian terdiam. Konsekuensi yang seharusnya diambil olehnya terlupakan begitu saja.

Raina menghapus setetes air mata yang turun tanpa permisi. "2 Korintus 6 ayat 14-15. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Dan, kamu mau melanggar itu?" Lelaki itu terdiam. Tak mampu menjawab pertanyaan itu.

Raina menghampiri Tian yang duduk dengan menunduk. Dan mengelus rambut lelaki itu dengan lembut. "Yan. Salib kamu dengan tasbih aku itu enggak bisa menyatu. Katredal juga Istiqlal enggak akan bisa menyatu, meskipun sekarang ada tangga yang menghubungkan, tapi itu hanya sebatas menghubungkan bukan menyatukan."

Tian menggeleng dengan lesu. "Enggak, Ra. Engga. Aku siap untuk pindah. Aku siap belajar agama kamu." Tian sepertinya sangat bersikukuh untuk menghancurkan benteng yang membatasi keduanya.

Raina tersenyum sendu. "Enggak semudah itu, Yan. Konsepnya long distance religionship itu sama-sama sad ending. Kalau kita mengakhiri hubungan kita aja, kamu sedih. Apalagi kalau kamu mengakhiri hubungan kamu dengan Tuhan." Tian langsung memeluk Raina yang berjongkok di hadapannya. Menganggap benteng itu sudah hilang. Tapi sayang, benteng penghalang cinta mereka masih ada.

Raina membalas pelukan Tian tak kalah eratnya. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Tian.

"Hubungan antar umat itu sifatnya semu. Bisa datang dan hilang kapan aja. Sedangkan hubungan Tuhan ke kamu itu sifatnya abadi. Jadi, mari kita akhiri hubungan semu dan menetapkan hubungan abadi pada Tuhan."

Raina benar, dirinya terlalu egois. Ia terlampau mencintai Raina dan melupakan Sang Penciptanya.

T B C

Halo gaiseu apa kabar?! Mengmaaf yaa di tinggal lama. Aku ada urusan di real life solanyeuu.

Kayaknya emang harus di kasih target deh yaa biar aku tuh ada acuan.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang