Sedikit telat dari jadwal. Tapi tidak apa. Ini dua chapter terakhir sebelum ending. Endingnya chapter 63. Mungkin akan ada extra part.but idk kapan aku bisa tulisnya. Hahaha.
Minta komen sm vote banyak banyak ya. Pliz. Haha (saya lagi banyak mau)H A P P Y R E A D I N G
-----------------------------
61. H-2
Salah satu hal yang paling menyebalkan adalah ketika kita diberi tugas dengan rentang waktu yang singkat. Sangat menyebalkan, bukan?!
Juga, dalam pembuatan essai tidak serta merta hanya ketik atau kasarnya copy paste. Ada beberapa yang harus dipertimbangkan untuk membuat sebuah essai atau karangan.
Salah satunya kerangka. Hal itu bertujuan agar tulisan yang diciptakan tidak melenceng.
Oleh karenanya, Caroline berinisiatif atau ... lebih tepatnya memaksa. Memaksa Regan untuk mau membagi tugas atas pekerjaannya.
Gadis itu sibuk membuka buku mata pelajaran PKN dan beberapa buku non fiksi sebagai referensi dalam pembuatan essai lelaki di sampingnya.
"Ini ada beberapa kerangka yang sekiranya bakal cocok buat essai kamu. Kamu boleh ambil beberapanya. Sambil kamu buat orientasinya, aku bakal cari dulu sekiranya satu permasalahan yang cocok buat peran kamu."
Keduanya kembali berkutat dengan buku dan juga gawai mereka. Membaca artikel sebagai referensi tak ayal, mereka juga menulis beberapa hal yang sekiranya penting.
Disela kesibukannya menulis, sekelebat bayangan bagaimana nanti jika dirinya tak bisa kembali bersama dengan gadis di sampingnya masuk ke dalam otak Regan.
Lelaki itu memikirkan bagaimana kosongnya hari yang akan ia jalani.
Benar ya, kalau sudah hilang baru akan terasa bagaimana berharganya seseorang itu di hidup kita.
Sesungguhnya ribuan kata penyesalan selalu ada. Selalu datang. Dan jika di dunia ini ada mesin pemutar waktu, ia rela, rela membeli mesin itu dan menghabiskan waktu dengan baik bersama gadis ini.
Andaikan orang tuanya tak egois. Mungkin ini tidak akan terjadi. Andaikan dirinya tak pendendam atau terlalu iri, ini tidak akan terjadi.
Mungkin, menghabiskan waktu hari ini dan besok bisa menebus segalanya. Mungkin
******
Setelah memastikan pesan dengan subjek "Tugas essai Regan Rajendra kelas XI-MIPA1" terkirim, baru keduanya pergi meninggalkan sekolah.
"Lo enggak dijemput?" Regan bertanya pada gadis di sampingnya. Kini keduanya tengah berjalan bersama melewati koridor.
Caroline hanya menggeleng. "Hpku lowbat, aku lupa bawa powerbank," cengir gadis itu. Membuat Regan mendengkus. Mau tak mau ia harus menemani Caroline naik bus. Walau kakinya sedikit sulit untuk berjalan.
"Yaudah deh, gue temenin lo naik bis, gimana?"
Gadis itu buru-buru menggeleng. "Eh, enggak-enggak. Enggak usah, aku bisa kok sendiri. Kamu minta jemput Tante Lana aja."
Sebenarnya gadis itu agak sedikit binggung. Tumben Ibu dari lelaki ini tidak kelihatan. Begitu pula Regan. Saat berangkat sekolah tadi kediaman cowok itu sepi. Tidak ada siapapun di sana. Ingin bertanya pun sungkan, apalagi itu sedikit privasi menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regan & Caroline (LENGKAP)
Ficção Adolescente[Boleh follow dulu baru membaca. Supaya simbiosis mutualisme] Cover by pinterest Mula-mula, Regan sangat membenci Caroline. Lelaki itu dibutakan oleh cemburu akibat sang bunda yang terlalu menyayangi gadis itu. Tapi, semua itu berubah ketika Caroli...