43

214 65 247
                                    

Lo itu kayak Le mineral. Ada manis-manisnya gitu--- Arzio Lakasana

43. Terulang, lagi


"Materi hari ini, kita akan bermain bola voli."

Dari sekian banyak materi bola besar, mengapa harus bola voli yang dipelajari hari ini? Itu adalah gumaman yang dilontarkan beberapa gadis anak kelas IPA 1. Hampir 80% siswa perempuan disana tidak bisa bermain voli.

"Kalau gue sih, lebih milih ngafalin tabel unsur periodik timbang main voli," celetuk Rora pada teman perempuannya yang tengah berkumpul di bawah pohon.

"Gue tuh gak bisa teknik-tekniknya. Ya kali cuma lempar atas lempar bawah. Kan enggak lucu." kali ini Alda menyahut pembicaraan Rora.

Nayla mengangguk. "Mending rebahan sih gue mah," katanya.

"Udah-udah. Kalian jangan ngeluh. Mau bisa atau enggak juga nilai kita tetep aman, kan?" Caroline menyahut. Pak Gino memang memberikan nilai lebih untuk para perempuan. Katanya, mereka mau bergerak saja itu sudah nilai tambahan untuk para gadis.

Nayla dan beberapa temannya mengangguk. "Iya deh yang rangking satu pararel mah beda," balas Nayla. Mereka kembali sibuk memandang tim laki-laki IPA 1 yang tengah bertanding.

Grup A ada Regan, Naka, Raka, Mario, Tian, dan Aldo.

Di grup B ada Axel, Rian, Rio, Petra, Yoga dan Daniel. Kedua tim itu berbondong-bondong untuk mencetak skor.

"Ayo Nakaa! Nanti kalau menang aku kasih kamu kado!" teriak Nayla. Caroline hanya menggeleng menatap Nayla.

Dyra mengepalkan tangannya keatas. "Semangat Regan!" seluruh perhatian anak perempuan kini beralih pada Dyra. Mereka menatap seolah berkata "ada hubungan apa lo sama mantannya Olin?"

Sedangkan Caroline hanya diam dengan tatapan datar. Ia harus sadar bahwa sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi diantara keduanya.

"Sekarang gantian yang perempuan buat main. Buat teknik-tekniknya udah diajarin kan semester kemaren," kata Pak Gino, guru olahraga mereka.

"Tim A ada Alda, Bunga, Caroline, Nayla, Rora, dan Tya. Tim B ada Dyra, Farah, Cintia, Aira, Angel, dan Maria."

Nama-nama yang disebutkan oleh guru olahraga tersebut mulai mengambil tempat.

"Tim gue bagian sini," perintah Rora kala melihat Farah ikut masuk lapangan yang membelakangi matahari.

Farah menggeleng. Memanggil teman satu timnya. "Enggak! Tim gue yang disini. Kalau disana panas. Gue udah pake skincare. Sayang banget duit gue. Disana juga silau," tolak Farah mentah-mentah.

Melihat perdebatan itu, Mario menggeleng. "Woi! Lapangan aja lo rebutin. Gue kapan lo pada rebutin?" teriaknya yang mendapat sorakan dari seluruh teman sekelasnya. 

Caroline merangkul bahu Rora dan mengelus lengan atas gadis itu. "Udah, ya, Ra. Kita sebelah sana aja. Enggak enak dilihat kakak sama adik kelas kalau kita berantem soal lapangan," ucap gadis itu berusaha memberi pemahaman.

Mau tak mau Rora melangkah menuju lapangan. Gadis itu menatap tajam Farah. "Gue duluan juga yang nempatin," gumamnya tak terima.

Permainan dimulai. Angel yang memulai umpan pertama yang dimana lawannya berusaha menangkis dan mempertahankan bola.

Permainan berlangsung kondusif dan aman. Sorak sorai penonton yang kebanyakan laki-laki membuat para gadis mendengkus.

"Yo! NayNay, kata Naka kalau menang dikasih blackcard!" teriak Tian pada Nayla yang berusaha terus menangkis bola.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang