Halo iam back! Jangan lupa ramein.
20 komen langsung gass
41. Cemburu yang menyesatkan
"Lin, gue mau ngucapin makasih. Berkat lo, kita semua bisa ngerjain tugas dari Pak Anis." Aldo berucap pada Caroline yang sedang duduk di bangkunya bersama Nayla.
Gadis itu mengangguk. "Enggak perlu berterima kasih. Karena itu juga buat aku." Aldo mengangguk. "Tapi, gue merasa enggak berguna banget. Masa nyelesain itu aja enggak bisa," sesalnya.
Caroline hanya tersenyum tipis. "Enggak, kok. Kamu enggak gitu. Cuma merekanya aja yang keras." Aldo mengangguk. "Iya. Lo bener juga. Yaudah, gue ke bangku dulu ya." lelaki itu meninggalkan Nayla dan Caroline menuju bangkunya.
Nayla menatap teman sebangkunya, "Eh, Lin. Gue mau nanya," lontar Nayla.
"Tanya aja."
Nayla menelisik penampilan Caroline pagi ini. Rambut panjang cokelatnya di kepang dua bak Anna diserial Frozen. Terlihat manis nan imut dalam satu waktu.
"Lo berubah gara-gara si murid baru yang songong itu, ya?"
Caroline menggeleng. "Enggak. Ini Mbak Nisa yang dandanin aku dan itu enggak ada hubungannya sama Zio" elaknya.
"Oh, namanya Zio," goda Nayla. Padahal Nayla sudah tahu nama lelaki itu akibat perdebatan tadi.
Gadis itu menyentuh bahu Caroline. "Lo ada hubungan apa sama si murid baru?" tanyanya.
Caroline tampak berpikir. "Kita cuma teman kok," jawabnya dan beruntunglah Zio tidak mendengar jawaban dari Caroline. Jika Zio mendengar, sudah pasti hatinya akan retak.
Nayla menatap Caroline dengan tatapan menyidik. "Kita udah temenan dari kelas sepuluh, masa lo mau nyembunyiin sesuatu dari gue sih," rajuk Nayla karena ia menganggap Caroline menyembunyikan rahasia darinya. Nayla bersidekap dada memalingkan wajahnya kearah jendela kelas.
Caroline mengguncang lengan Nayla. "Nay, jangan ngambek dong. Aku emang gak ada apa-apa sama dia. Kita bisa kenal gara-gara Regan pernah ngajak aku nemenin balapan. Dan berakhir kita kenalan."
Berbanding terbalik, kini Nayla menatapnya antusias. "Tapi lo suka, kan?" tanya lantang. Hingga Regan yang terpaut dua bangku dari tempat duduk kedua gadis itu mampu mendengar perbincangan mereka.
"Hah?! Suka? Suka sama siapa?" guman Regan pelan. Diam-diam, lelaki itu memasang telinganya untuk menguping pembicaraan tersebut.
"Suka sama Zio?" Caroline menggeleng. Di bangkunya, Regan bernapas lega. Setidaknya, gadis itu belum memiliki tambatan hati selain dirinya.
Wajah Nayla maju sesenti. "Setetes pun enggak ada?" Caroline menyatukan alisnya. "Secara dia ganteng, baik, humoris, ya meskipun agak annoying sih. Tapi dia itu mirip cogan-cogan di wattpad gitu," lanjut Nayla.
Caroline menggigit bibir bawahnya. "Iya sih dia baik, ganteng, humorny-"
Tak tahan mendengar pujian untuk Zio, Regan menarik pergelangan tangan Caroline membuat gadis itu mengaduh.
"WOI! REGANJING, ITU TEMEN GUE MAU BAWA KEMANA?!!" teriak Nayla pada Regan yang dihiraukan lelaki itu.
:::::::::::::::::::::::
Gudang sekolah terletak di paling ujung selatan dekat ruangan kesenian. Ruangan kecil itu dipakai untuk menyimpan beberapa barang atau benda yang jarang dipakai ataupun sudah rusak. Jarang ada siswa atau siswi yang mampir kesini, karena tempat itu terbilang gelap dan sedikit memiliki nuansa angker.
Dibawa Regan menuju gudang, membuat Caroline sedikit takut. Pasalnya, ruangan itu tampak sepi. Takut-takut, lelaki itu melakukan hal yang tidak senonoh.
"Maksud lo apa?!" tanya lelaki itu to the point.
"Harusnya, aku yang nanya. Maksud kamu bawa aku kesini apa?" gadis itu balik bertanya.
Regan berdecak dan menatap tajam lawan bicaranya. "Gue butuh jawaban lo. Sekarang gue tanya sama lo. Apa maksud lo cium-cium si Zio?
"Ada urusan sama kamu kalau aku cium Zio?" Regan terdiam. Ia lupa, dirinya kan sudah tidak ada hubungan apapun dengan Caroline selain mantan atau teman sekelas.
"Kamu lupa, kita udah enggak ada hubungan apapun? Kamu lupa, kamu yang mutusin aku?"
Regan memandang gadis itu dengan sendu. "Dia cowok yang enggak baik, Lin. Dia hobi mainin cewek."
Caroline tertawa remeh. "Emang kamu udah jadi cowok yang baik? Emang kamu udah pernah jadi pacar yang baik waktu itu?"
Gadis berkepang dua itu menggeleng. "Enggak. Enggak, Gan."
"Seenggaknya gue enggak mainin cewek," elak lelaki itu.
"Iya kamu enggak pernah mainin cewek." Caroline menjeda ucapannya. Gadis yang memakai liptint ceri itu menarik napas, memandang Regan dengan pandangan nanar, tangannya terkepal di samping roknya.
"Tapi kamu nyuruh aku ngerjain hukuman kamu, beresin kamar kamu. Jangan lupa, kamu buat kaki aku pincang tiga hari, kamu nurunin aku di halte sekolah. Semuanya aku! Semuanya!"
Napas gadis itu naik turun, entah mengapa matanya kini memanas. "Kamu pikir, kamu lebih baik dari dia? Enggak, Gan enggak." Caroline menggeleng.
Jari telunjuk Caroline membuat bayangan lingkaran. "Semua yang kamu lakuin ke aku enggak lebih baik dari Zio." mata itu kini menumpahkan airnya. Kilasan perlakuan buruk lelaki dihadapannya berputar indah bagaikan kaset.
"Meskipun aku baru kenal Zio. Enggak pernah sekalipun Zio memperlakukan aku dengan buruk." telak! Regan kalah telak. Kalimat terakhir dari gadis itu mampu menyadarkan Regan bahwa ia memang manusia yang tidak baik.
"Lo inget Lin? Di sirkuit dia ngajak gue balapan dengan lo taruhannya. Lo juga lupa saat pertandingan porseni, dia juga mau main dengan lo taruhannya?"
Gadis dengan tinggi sebahu Regan itu menggeleng. "Tapi, kamu terima, kan taruhannya?"
"Zio itu enggak kayak kamu. Di depan banyak orang sok baik, tapi aslinya kayak iblis. Dia lebih tahu cara memperlakukan manusia layaknya manusia."
Gadis itu pergi dari sana, tapi sebelumnya, ia berhenti dan berbalik. "Mulai sekarang, jangan urusin apa yang bukan urusan kamu."
"Dia berubah," batin Regan. Nyatanya, tidak ada Caroline yang berubah. Hanya saja, Caroline menumpahkan bebannya yang selama beberapa hari ini ia tahan.
T B C
Cepat sembuh untuk kalian ya! Makanya Gan jadi jelma jangan suka ngebuli. Enggak ada temen, kan?
Nilainya kecil nanti nangees.
Spam emot nangis versi hp kalian dong.
Sama mantan emang pada enggak akur, ya?
20 komen buat nextt

KAMU SEDANG MEMBACA
Regan & Caroline (LENGKAP)
Teen Fiction[Boleh follow dulu baru membaca. Supaya simbiosis mutualisme] Cover by pinterest Mula-mula, Regan sangat membenci Caroline. Lelaki itu dibutakan oleh cemburu akibat sang bunda yang terlalu menyayangi gadis itu. Tapi, semua itu berubah ketika Caroli...