Hallo gaisnyaaa. Hari ini aks doble update. So, jangan lupa ramein part ini yaaaa
Random question:
"Gimana reaksi kamu kalau mantan ngajak nikah?"Happy reading
12. Caroline = Daisy
"Hah?! Enak aja. Gak mau," kata gadis itu.
"Terus mau apa dong?" tanya lelaki itu.
"Aku mau, kamu gantiin bunga yang udah kamu rusakin."
"Oke. Mau berapa bucket? Lima? Sepuluh? Seratus? Mau siapin bunga buat nikahan kita juga gue siap kok." Ucapan yang terlontar dari bibir lelaki itu membuat Olin kaget. Ini cowok gila apa gimana? Lulus SMA aja belum. Ini udah mikirin nikah.
"Kamu ini ngomong apa sih? Aku cuma minta gantiin bunga yang udah kamu rusakin. Itu aja, gak ada hubungannya sama nikahan kamu. Toh juga kamu belum tentu nikah, 'kan? Emang bakal ada yang mau sama kamu?"
Ada yang retak tapi bukan kaca. Ungkapan itu cocok untuk kondisi hati Zio saat ini.
"Lo bikin hati gue sakit tahu gak. Tapi, gapapa gue masih bisa bertahan."
Lelaki itu mengamit tangan gadis itu, membawanya menuju motor yang terparkir di pinggir jalan. Beruntung, tidak ada polisi yang melintas. Jika ada, habis saja riwayatnya.
"Hm, karena lo gak bawa jaket, lo pake punya gue aja." Lelaki itu melepaskan jaket yang ia kenakan dan mengulurlannya pada gadis itu.
"Kenapa jadi aku yang pake?"
"Karena, gue gak mau panas matahari kena kulit lo. Nanti kulit lo yang cantik ini gosong lagi."
Gadis itu langsung menaiki motor yang tadi hampir menabraknya. Beruntung, kali ini ia memakai rok panjang, jika tidak, kalian pasti tahu kelanjutannya.
Setelah dirasa sudah pas, Zio menjalankan motornya menuju tujuannya. Toko Bunga.
Sepanjang perjalanan lelaki itu tersenyum. Ia sengaja memperlambat laju kendaraannya agar bisa berlama-lama dengan gadis ini.
"Kamu bisa bawa motor gak sih?" Gadis yang ia bonceng menepuk bahunya dengan keras.
"Kenapa emangnya?"
"Kok lambat banget jalannya?"
Lelaki itu terkekeh, "gue mau menghabiskan waktu bareng lo," jawabnya.
"Apaan sih. Jalanin aja motornya yang cepet."
"Permintaan Tuan Putri akan segera di laksanakan." Lelaki itu langsung menaiki kecepatan motornya.
Setelah menempuh waktu yang cukup lama, kini keduanya telah sampai di Toko Bunga, saat hendak memasuki toko tersebut, Arzio menyadari bahwa tidak ada yang mengikutinya. Saat ia berbalik arah, ia melihat gadis itu masih berdiri di samping motornya.
"Kenapa? Kok gak ikut gue masuk?" tanya lelaki itu lembut.
Gadis itu hanya menggelangkan kepalanya. "Aku alergi serbuk bunga. Kalau aku masuk, yang ada aku malah bersin-bersin," jawabnya.
Dengan gesit lelaki itu berlari meninggalkan toko bunga. Lelaki aneh, pikir Olin.
"Mending pulang aja deh, besok lagi aja ketemu Mama." Gadis itu melangkahkan kakinya.
"Eits, mau kemana cantik?" Tiba-tiba Zio menghadang gadis itu dengan membawa satu kantong plastik. Entah apa isinya.
Lelaki itu mengeluarkan isinya dan memakaikannya di wajah gadis itu. "Gue tadi beli lo masker dulu. Biar lo gak bersin-bersin," ucap Zio.
Gadis itu membeku. Baru kali ini ada lelaki yang memperlakukannya dengan baik.
Zio memegang kedua bahu Olin, "Lo tunggu disini, biar gue yang beliin bunganya, oke?"
Zio mendudukkan Olin di bangku teras toko bunga itu. "Lo, duduk disini aja, ya. Jangan kemana-mana. Inget! Tunggu disini." Sebelum masuk, Zio mengusak rambut gadis itu.
Setelah menunggu beberapa lama, lelaki itu datang dengan membawa se-bucket bunga daisy.
"Ini. Gue ganti bunganya." Lelaki itu menyodorkan bunga Daisy yang tadi ia pegang.
"Ini bunga apa?" Olin bertanya sambil memegang bunga itu agak jauh dari wajahnya.
"Bunga Daisy."
"Kenapa harus daisy?"
"Karena bunga daisy itu menggambarkan diri lo." jawab lelaki itu kalem.
"Emang arti bunga daisy apa?" Dibalik maskernya, Olin bertanya.
"Coba cari sendiri. Yang pasti itu lo, Caroline."
TBC
Halo geng aks abis marathon drakor extraordianry you. Udah berapa kali nonton tapi gamon sama Haru Dan oh. So i miss themm. Pengen liat mrk main drama lagi huhuhu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regan & Caroline (LENGKAP)
Teen Fiction[Boleh follow dulu baru membaca. Supaya simbiosis mutualisme] Cover by pinterest Mula-mula, Regan sangat membenci Caroline. Lelaki itu dibutakan oleh cemburu akibat sang bunda yang terlalu menyayangi gadis itu. Tapi, semua itu berubah ketika Caroli...