39

230 66 166
                                    

Halo! Watsap gengs! Kembali lagi di lapak aku istri sahnya Lucas yang lain cuma ngaku.

Happy Reading!

39. Bersama Zio (2)

Pak Ali bilang, dia bakal telat jemput Caroline karena kemacetan yang melanda ibu kota. Agak sebal juga sih. Udah tahu Jakarta itu rajanya macet, eh malah berangkatnya ngaret.

Menunggu di depan pos satpam merupakan kesalahan terbesar bagi Caroline. Karena, ada seorang lelaki bersama seorang gadis yang tengah berjalan menuju dirinya.

"Belum pulang?" tanya lelaki itu. Caroline hanya menggeleng sebagai balasan.

"Loh kenapa?" tanya gadis yang bersama sang lelaki.

Caroline menatap keduanya sekilas. "Belum dijemput, Dyr." raut wajah datar terpancar diwajah gadis itu.

"Gimana bareng sama Regan aja, kebetulan aku juga mau pulang bareng sama dia. Rumah kita searah," ucap Dyra. Perkataan Dyra membuat bara api di hati Caroline menyala. Gadis itu hanya diam sebagai balasan. Bukan bermaksud sombong. Hanya saja, Caroline takut salah berbicara yang berakhir menyinggung.  perasaan keduanya

Regan mengangguk guna menghilangkan kecanggungan antara dirinya dan sang mantan. "Lo bisa bareng gue kan rum-"

"Pucuk dicinta, ulang pun tiba. Ada si manis lagi duduk manis." Zio yang tiba-tiba datang memotong ucapan Regan. Lelaki itu berdiri di samping Caroline. Tangannya menepuk bahu kiri Caroline. Seolah sedang mengetuk pintu.

"Zeli lagi beli es lilin, makannya pake sendok, hei Olin! Pulang bareng nyok," pantun Zio bermaksud untuk mengantar Caroline pulang.

Gadis itu menggeleng. "Enggak usah, Zio. Supir aku lagi dijalan." Caroline menolak halus tawaran Zio.

Tapi bukan Arzio kesayangan bunda namanya kalau kalah. "Baru dijalan kan, belum nyampe? Gimana kalau nyampenya sejam? Dua jam? Dua hari?  Atau lima tahun? Terus lo nanti di culik sama om-om hidung zebra. Yang ada nanti gue dimarahin Bunda."

"Loh marahin kenapa?" beonya.

Zio memasang ekspresi sok berpikirnya. "Soalnya, calon menantunya enggak gue anter sampai rumah," balas lelaki itu tertawa.

Tangannya mengamit lengan Caroline. Membawanya menuju parkiran sekolah. Yang tidak terlalu jauh dari pos satpam.

Mengajaknya menuju kuda besi keluaran terbaru bewarna hitam hadiah dari sang Papa karena mampu mengalahkan dirinya saat tanding catur.

"Ayo naik. Supir lo enggak tahu kapan dateng. Daripada nunggu yang enggak pasti, mending sama gue yang selalu pasti." Zio menyodorkan helm bewarna mocca dengan motif polkadot hitam bersamaan dengan jaket jeans yang terlipat rapi.

Caroline memakai helm tersebut tanpa menyentuh jaket itu. "Pake juga dong jaketnya," titah Zio.

"Buat apa? Aku udah pake hoodie yang dikasih Mbak Nisa tadi," balasnya sambil menggoyangkan kedua lwngannya yabg telah terbalut hoodie yang diberikan Mbak Nisa.

Zio menghela napas panjang. 'untung cantik' pikir lelaki itu. "Buat nutupin rok lo nanti sayang," gemas Zio sambil menekan kata sayang.

Caroline tertawa. Ia baru menyadarinya jika nanti dirinya menaiki motor Zio, roknya akan tersingkap, otomatis pahanya akan terlihat. Dan itu sangatlah tidak baik, bukan?

Melihat Caroline yang kebinggungan memasang pengait helm tersebut, dengan cekatan Zio langsung memasangkannya hingga ada bunyi 'klik' selepas itu ia mengikatkan jaket jeansnya hingga menutupi rok gadis itu. "Silahkan tuan putri naik," guraunya.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang