37

230 58 112
                                    

Timakaci buat yang kemaren komen sampai target penuh. Masih sama kayak sebelumnya lima komen langsung up. 1131 word

Sebelumnya, ada random question buat kalian. Harus dijawab yaa. Tung-itung buat mengenang masa sekolah.

1. Starter pack kalian buat masuk sekolah (sebelum pandemi) itu apa?

2. Apa yang bikin kalian semangat sekolah di hari Senin (sebelum pandemi) ?

3. Hari pertama sekolah biasanya dianter papa, mama, kakak, doi, mang angkot, atau mang ojol?

4. Tas baru atau sepatu baru?

Dijawab yaa!!

Happy reading!

37. Masih tentang ego yang tinggi

Hari ini, hari pertama masuk sekolah di semester dua. Hampir siswa merasa senang kembali bersekolah. Karena mereka mereka bisa bertemu kembali dengan gebetan atau pacar. Dan yang paling penting adalah uang saku terus mengalir.

Tapi beda dengan Regan, bukannya senang, dirinya malah menampakan wajah datar.

Pagi yang biasanya dihiasi senyum ceria nan menawan milik Caroline harus pupus karena gadis itu tak ada lagi di rumahnya.

"Pagi," sapa lelaki itu. Mengambil selembar roti juga selai cokelat kesukaan.... argh!!! mengingatnya membuat Regan tak fokus. Ia beralih menuangkan susu cair dari kotak. Lagi dan lagi susu itu mengingatkannya pada sang mantan yang maniak cokelat.

Fyi, ketika Caroline ditampung di rumah Lana, wanita itu menyediakan susu juga selai cokelat untuk sarapan. Tak hanya itu, Lana juga menyiapkan berbagai cemilan perisa cokelat untuk gadis manis tersebut.

Lelaki itu bangkit, "Aku langsung berangkat ya Bun, Yah. Takut telat," ucap Regan.

Lana menatap putra semata wayangnya. "Lho, kamu enggak sarapan?" tanyanya.

Regan menggeleng. Mana bisa fokus ia sarapan. Yang ada malah selalu mengingat mantannya itu. "Ntar aja di sekolah."

::::::::::::::::::::

Dibantu pelayan, Caroline bersiap-siap. Setelah gadis itu keluar dari kamar mandi, pelayan bernama Nisa itu mengiring Caroline menuju meja rias yang telah disediakan.

Ngomong-ngomong soal kamar, pelayan di rumah itu mengubah nuansa juga dekorasi hingga tata letak perabotan di sana. Kamar yang semula nuansa merah muda ala anak SD, kini berubah menjadi baby blue- white ala anak remaja seusianya. Pakaianya lun sudah ditambahkan beserta sepatu dan beberap tas. Tentu saja atas perintah Tuan Leo terhormat.

"Mbak, kok rambutku dicatok gitu?" gadis itu bertanya kala wanita berusia dua puluh enam tahun itu kala mengulurkan catokan pada ujung rambut Caroline. Guna menambahkan kesan curly di ujung rambut itu.

Wanita itu terkekeh, "Kan Olin sekarang udah semester dua. Hari pertama sekolah lagi. Harus tampil wow, biar gebetan kamu makin cinta, atau bikin mantan nyesel udah mutusin kamu," ucapan Nisa membuat Caroline cemberut. Pelayan barunya ini semakin membuat dirinya gamon.

"Ih, kamu manis banget. Cantik lagi. Jadi pengen nikahin bapaknya," ucap Nisa terkekeh. Caroline memandang dirinya di cermin. Ia menyentuh ujung rambut yang telah dicurly, pipi yang telah ditaburi bedak, dan bibir yang dipolesi liptint.

"Mbak ini enggak berlebihan, kan?" Nisa terkekeh lalu menggeleng. "Enggak kok, malah mbak pernah nemu anak SMA yang lebih menor dari ini."

Hendak mengambil tasnya, Nisa memberikan sebuah hoodie berwarna cream. "Ini dibawa ya, Lin. Pake sekarang juga enggak apa. Takut nanti hujan terus Pak Ali--supir keluarga Leo-- telat jemput,"

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang