52

156 23 5
                                    

Ada yang baruuu nih

Kembali lagi bersama aku, istri sah Lucas. Jangan bosen-bosen buat baca yaaaa!!! Jangan lupa ramein juga. Maaf bgt telat. Ditunggu komentarnya!

*****************

Happy Reading!
*****************

52. Fakta. Lagi

Caroline melangkah menuju bangkunya. Di mana bukunya berserakan, isi kotak makan siangnya berceceran. Tapi, bukan itu yang menjadi fokus utamanya.

Fotonya bersama sang Mama yang kini melebur menjadi abu mengambil fokus gadis itu. Jari telunjuknya menyentuh abu itu. Satu-satunya kenangan bersama Lusty, sang Mama kini terbang bersama angin.

"Mama aku ada salah apa sama kalian? Sampai kalian tega bakar foto kita?" tanya gadis itu pelan.

Semua diam membisu. Tak ada yang berani membuka suaranya.

Caroline sendiri mati-matian menahan air matanya agar tidak tumpah. Dirinya tidak ingin terlihat lemah di mata teman-temannya yang jahat itu

"YANG SALAH DI SINI AKU. YANG DITUDING NYELAKAIN DYRA ITU AKU BUKAN MAMA AKU." Gadis itu berteriak. Daripada mengeluarkan air matanya, Caroline lebih memilih mengeluarkan unek-uneknya. Demi apapun dirinya lelah. Sangat lelah

"Tapi, kenapa foto itu yang kalian bakar. Kenapa enggak aku aja yang kalian habisin?"

Gadis itu membuka dompetnya. Mengambil beberapa lembar uang dan kartu ATM lalu melemparnya di hadapan teman-teman yang menghancurkannya.

"Kenapa?! Kenapa bukan ini aja yang kalian ambil?" tanyanya retoris. Tentu saja temannya tak memiliki jawaban atas pertanyaan itu. Kecuali, di antara mereka ada yang berani mengatakan "Kita mau lo hancur, Lin."

Regan berjongkok, memungut salah satu kartu ATM yang bewarna emas, lalu mematahkannya dan melemparnya tepat di wajah gadis itu. "Kita enggak butuh uang dan kartu ATM lo. Yang kita butuh itu ini. Pemandangan di mana lo hancur sehancur-hancurnya cuma karena foto."

Tepat satu detik setelah Regan menyatakan alasan itu. Setetes air mata luruh begitu saja. "Hancur?"

Caroline menggeleng, tak habis pikir. Ia kira, hidup selama kurang lebih enam tahun bersama Regan, bukan berarti lelaki itu tahu sisi lemahnya. "Hancur kamu bilang?! Bahkan, sebelum ini terjadi, aku udah hancur duluan, Gan. Dan sekarang, rasanya, jiwa aku udah kebakar bareng foto itu."

::::::::::::::::::::::

Berjalan kaki di sore hari adalah kegiatan yang membuat hati menjadi tenang. Gadis itu sengaja membolos di tiga puluh menit terakhir sebelum bel berbunyi.

Berjalan sejauh kurang lebih lima kilometer, tak membuat gadis itu lelah. Ia justru semangat untuk melewati tempat-tempat yang sudah ia hapal di luar kepala.

Memasuki gerbang bertuliskan Pemakaman Umum, Caroline mengembangkan senyumnya.

Gadis itu berjalan hingga kakinya berhenti tepat di rumah baru sang Mama. Tempat yang seminggu lalu dia kunjungi setiap hari.

"Ma, hari ini, aku ke sini lagi. Kalau kemarin, aku di sini buat ngehias rumah Mama, sekarang aku mau cerita." Gadis itu memulai percakapannya.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang