16

418 85 226
                                    

Part ini agak panjang. Bacanya pelan-pelan ya. Sambil tiduran kalau mau. Jangan lupa vote-nya.

16. Kemarahan Thomas

Pagi ini, suasana Sma Grathion mendadak mencekam. Bagaimana tidak, seluruh orang tua murid datang untuk menghadiri pertemuan dengan wali kelas untuk membahas peranan orang tua menjelang UAS nanti.

Banyak murid yang takut saat ini. Seluruh kedok mereka akan terbongkar dalam saru hari. Dimulai rajin membolos, tidak mengerjakan tugas, hingga menjahili guru atau teman.

Hal itupun terjadi pada Regan. Dia mulai was-was. Bagaimana jika gurunya membongkar kedoknya selama ini?

"Ruang aulanya dimana?" tanya Lana kepada sepasang remaja yang tengah jalan beriringan.

Regan menunjuk arah barat, "itu disitu Bun," katanya.

"Oke. Kalau gitu Bunda masuk dulu. Regan! Inget, jangan bikin ulah." peringat wanita itu yang dibalas anggukan malas oleh Regan.

Setelah mencium punggung tangan Lana, mereka memisahkan diri untuk menuju kelasnya.

Lain halnya dengan Lana, ia memasuki ruang aula yang hampir dipenuhi oleh
wali murid kelas 11.

Seorang pria memasuki ruang aula dengan gagah dan berwibawa.

"Selamat pagi para orang tua murid, perkenalkan saya Arion. Kepala sekolah Sma Grathion," sapanya.

"Sehubungan akan diadakannya ujian akhir, maka kami selaku staff pengajar Sma Grathion, mengadakan rapat dan juga sesi konseling untuk para putra dan putri anda," ucap Pak Arion.

Sesi rapat dimulai, para guru membahas bagaimana konsep ujian yang akan dilaksanakan, sistem penilaian yang akan digunakan, dan juga sikap murid-muridnya.

Sesi itu dihabisi oleh mereka selama kurang lebih empat puluh menit. Kini, waktunya sesi konseling bagi para wali siswa mengenai anaknya.

Lana menunggu gilirannya dengan debaran jantung yang berdegub kencang. Hingga getaran ponsel memecahkan fokusnya. Nama Thomas tertera disana. Untuk apa suaminya itu menelepon dirinya disaat seperti ini? Tak ingin membuat suaminya marah, Lana mengangkat teleponnya.

"Halo, Mas," sapanya.

"Kamu masih disekolah, Lan?"

"Iya,"

"Pulang jam berapa?"

"Ak-"

"Absen 10. Kelas 11 IPA 1. Caroline Clenara" ucap wanita yang tengah mengabsen wali murid

Jawaban Lana terpotong begitu saja karena nama Caroline di panggil. Dengan tergesa-gesa, Lana memasukkan ponselnya kedalam tasnya.

Ia menghampiri wanita itu dan duduk dihadapannya.

Sang guru mengulurkan tangannya, "Saya Ratna, wali kelas 11 IPA 1. Karena Ibu menjadi wali murid Caroline dan Regan, maka kita langsung membahas keduanya saja, ya Bu," ucap Bu Ratna.

Lana menggangguk.

"Saya memulai dari Caroline dulu ya Bu. Anak ini baik Bu. Sikapnya ramah, sopan, murah senyum, juga pandai mengambil hati guru-guru. Jangan lupakan, nilainya yang sangat baik dan otaknya yang cerdas," ucap wanita itu memuji anak didiknya.

"Namun, satu yang ingin saya tanyakan. Apa dia punya masalah dengan Regan?" tanya guru itu.

Lana mengerutkan keningnya, "Maksud Ibu?" tanyanya.

"Beberapa kali murid disini melapor pada saya kalau Regan kerap kali merundung Caroline. Entah itu secara verbal maupun perbuatan. Terakhir kali, ada yang melapor pada saya jika Caroline kembali kekelas dengan keadaan yang kacau."

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang