10

511 110 138
                                    

Halo! Kembali lagi bersama aku Wkwk. Hari ini aku mau up full draft yg udah aku simpen. So, jangan lupa vote komennya yaa. Harus banget tiap part ada komen kaliannn. Please<3

Happy Reading!♡

10. Arena balap cinta

Jika sedang mengerjakan tugas, makanan dan minuman apa yang menjadi temanmu? Kalau Olin sendiri, dia lebih suka coklat panas ditemani dengan kue coklat. Jika ditanya kenapa menyukai keduanya, maka ia akan menjawab 'hidup aku itu udah gak berasa, masa mau makan makanan pahit juga'.

Dengan semangat empat lima, gadis itu mengerjakan soal matematika yang diberikan guru tadi pagi. Katanya, tugas itu gak boleh di tunda-tunda. Cukup nyatain cinta aja yang ditunda.

Disaat sibuk menghitung jawaban, ia sesosok lelaki turun dari anak tangga dengan memakai kaos hitam yang dilapisi jaket jeans dan celana ripped jeans dengan warna senada dengan kaosnya.

Olin menatap lelaki itu, ia mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan lelaki itu.

"Kamu mau kemana, Gan?" Gadis itu bertanya.

"Bukan urusan lo."

"Iya, emang bukan urusan aku. Cuma, nanti kalau Tante Lana sama Om Thomas nanya gimana?" Jawaban gadis itu membuat Regan meraskan hal yang menyesakan. Tapi apa?

Cowok itu menghela napasnya.

"Gini ya, cantik. Lo bisa kan kasih alesan ke nyokap gue. Kerja kelompok. Cukup bilang gue lagi kerja kelompok."

Olin bangkit dari duduknya, menatap lelaki tersebut. "Tapi, kita 'kan sekelas, kalau aku bilang gitu, takutnya ketahuan bohong. Biasanya kita sekelompok, terus tiba-tiba kamu kerja kelompok sendir-"

"Ganti baju. Lo ikut gue. Cepet!" Regan memotong ucapan gadis itu.

Dengan langkah yang tertatih juga pelan. Olin menaiki tangga dan mengganti bajunya.

"Jangan lama woy! Lima menit aja," teriak Regan pada gadis itu.

Sesuai dengan apa yang di katakan Regan, lima menit kemudian Olin turun dengan memakai kaos berlengan tiga perempat dipadukan dengan boyfriend jeans. Jeans aja punya pacar. Kamu kok engga?

"Kita mau kemana? Kok tumben naik motor?" tanya gadis itu saat menaiki motor Regan.

"Kenapa? Lo gak mau?" Gadis itu menggeleng

"Ya udah. Cepet naik," sifat otoriter Regan mulai keluar. Ia memberikan helm berwarna cokelat kepada gadis itu. Setelah helm itu terpasang di kepalanya, Olin langsung menaiki motor milik Regan.

Merasa gadis itu sudah duduk dengan benar, Regan mulai menjalankan kuda besinya. Membelah jalanan kota Jakarta dimalam hari. Sedangkan Olin, ia sibuk memeluk lengannya sendiri. Udara malam, ditambah kecepatan Regan saat mengendarai motor membuat gadis itu sedikit kedinginan.

Sirkuit. Motor Regan berhenti di salah satu sirkuit di Jakarta. Tujuannya, ia ingin membuktikan pada keempat temannya, bahwa ia bisa memenangkan balapan ini.

Regan memegang kedua bahu Olin. "Lo jangan kemana-mana. Tetep sama gue." Regan berjalan di depan gadis itu.

Baru dua langkah Regan melangkah, ia membalikkan badannya, membuat hidyng Olin menabrak dada bidang Regan.

"Bilang-bilang dong kalau mau berhenti," gerutu gadis itu.

Regan membuka jaket jeansnya, menyodorkannya pada gadis itu. "Pake! Jangan dilepas sampe gue yang minta." Mendengar perintah tersebut, Olin segera memakai jaket tersebut pada tubuhnya.

Regan mengamit tangan gadis itu, "Ayo."

Mereka berdua melangkahkan kakinya menuju segerombolan lelaki yang sedang berkumpul. Olin memandang beberapa gadis dengan pandangan aneh. Apa para gadis itu tidak merasa kedinginan? Bayangkan saja mereka hanya mengenakan hotpants dengan tanktop. Tidak ada outer atau jaket yang melapisinya lagi.

"Widiw, tumben banget nih paduka-ku raja dateng bersama seorang gadis," ucap seorang lelaki yang memakai scraf biru di lehernya.

"Kenapa? Masalah buat lo?" tanya Regan.

"Engga. Cuma nanya aja."

Raka, Tian, Mario, dan Naka menghampiri ketiganya. Memandang takjub Regan. Biasanya, Regan malas di ajak untuk balapan. Tapi, kali ini, Regan datang dengan membawa seorang gadis.

"Wih, tumben bawa cewek. Biasanya juga gue ajak elo gak mau ikut," Mario bersuara.

"Si Olin lagi ceweknya," celetuk Tian.

Regan tidak menghiraukan temannya. Ia memandang lelaki ber-srcaf biru tersebut.

"Ini pertama kali gue balapan. Gue mau tahu siapa orangnya dan hadiahnya apa?" pertanyaan lelaki itu membuat Olin mendongkakan pandangannya. Memandang lelaki itu.

"Regan, kamu mau balapan?" bisik gadis itu yang tak dihiraukan oleh si pemilik nama.

"Arzio. Sepuluh juta," jawab lelaki ber-scraf biru, bernama Zian.

Tak lama, seorang lelaki berjaket hitam memasuki area kerumunan. Matanya menatap tajam siapapun yang ada di sana. Mulutnya sibuk mengulum permen kaki berwarna merah.

Bukannya memperkenalkan diri, lelaki malah sibuk menatap seorang gadis yang sedari tadi menarik perhatiannya.

"Regan ... jangan balapan, nanti kamu celaka," kata Olin membuat lelaki yang baru datang itu menatapnya kagum.

"Udah. Diem. Gue gak bakal kenapa-napa."

"Tapi kalau kamu jatuh atau tabrakan gimana?" guratan khawatir tercetak jelas di wajah gadis itu. Mendengar pertanyaan itu, Regan merasakan sesuatu yang bergejolak dalam dadanya.

Regan memegang kedua bahu gadis itu, "Lo cukup liat gue memenangkan semuanya."

Arzio maju, berdiri dihadapan Regan. "Karena gue yang nantangin lo, gue bakal ngasih uang tunai sepuluh juta kalau lo menang," tunjuknya pada Regan.

"Tapi, kalau gue menang, gadis yang di samping lo, jadi taruhannya,"

"Gimana?"

TBC

Kira-kira siapa yang menang?!

Siapa tim Arzio?

Siapa tim Regan?

Aku sih tim Raka aja. Hehehe

Jangan lupa vote, komennya loh.

Siapa yang pernah ikut balapan? Aku sih balap karung hahaha

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang