62

135 12 0
                                    

Lagi lemes. Soalnya ayang belum nyemangatin akooh.

Bentar lagi akhir (emot nangees)

Jgn lupa vote n komen. Antara nanti malem atau besok pagi aku up chap terakhir.

Happy reading!

62. Kapan-kapan yang tak tahu kapan terjadi.

Banyak alasan beberapa manusia bersemangat untuk bangun pagi. Bagi sebagian orang, khususnya orang dewasa. Menjemput rezeki adalah tujuannya bangun pagi. Bagi beberapa remaja, bangun pagi sebagai upaya untuk memperbaiki nasib atau menempuh cita-cita. Bagi anak-anak, menonton siaran kartun adalah satu alasan mereka bangun pagi buta.

Dan dari tiga alasan itu, tidak ada satupun yang menjadi alasan Regan bangun pagi buta. Pagi ini, lelaki itu kembali menyiapkan bekal. Kali ini cukup roti tawar yang dibalur selai cokelat dan sekotak susu dengan rasa yang sama. Membayangkan gadis itu memakan makanannya membuat Regan tersenyum sendu. Mungkin, hal ini akan ia rindukan besok, lusa, minggu depan, tahun depan, hingga waktu yang tak bisa ia tentukan.

Sambil memakan sarapannya, Regan kembali membuka kolom pesannya dengan gadis itu.

'P'
'Halo, ada org kah?'
'Masih ngebo nih anak'

Maaf, aku hbs mandi. Hehe'
'Ada apa?'

'Pasti kesiangan, yaa?'
'Abis nonton apa gmn?'

'Egk kok. Cuma emg td abis nangis. Grgr Papa mau pergi ke Bali. Pdhl cm empat hari aja.'

'Cengeng'

Bukan cengeng. Tapi sedih aku tu. Baru baikan masa udah ditinggal lagi.

Saat membacanya. Hati Regan mencelos. Ada rasa sesak yang sulit dihindarkan.

Ya kalau gak kerja, lo makan pake apa?

Iya makanya itu. Aku coba buat gk nangis. Eh malah kejer. Haha'

Gue udh siap nih.

Bntrrr. Aku lg sisiran. Abis itu makan dulu. Mau naik mobilnya Kakak ya?'

Dia baru beli lho

Gue juga ada kali

Emg kaki kamu udah baikan? Blm kan? Kapan lagi kita bisa babuin jay hahahaha

Pokoknya tunggu ya, aku mau makan dulu

Tiati awas keselek.

Dan percakapan itu berakhir. Regan langsung memakan sarapannya. Meskipun ada rasa enggan dalam dirinya.

****

L

ain pula dengan sang tetangga sebrang rumah. Lagi dan lagi, hunian itu kini tengah dilanda keributan sepasang Kakak beradik membuat beberapa pelayan kelimpungan menenangkannya.

"Udah atuh non, den. Nanti telat ke sekolahnya. Sok geura dimakan sarapannya. Biar nanti mang Anto aja yang anter non sama aden. Bareng aden yang di depan juga." Pembantu bernama Sari itu menenangkan keduanya. Dengan cekatan wanita itu langsung menyiapkan lembaran roti dan susu.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang