28

221 58 124
                                    

Banyakin komen sama vote dong. Bentar lagi konflik nih!

Pilih mana?

1. Regan Olin?

2. Jay Olin?

3. Zio Olin?

Ayok ceffat komen biar saia semangka untuk updatee yuk yuk.

28. Official?

Mengalami penurunan ekonomi membuat Lana harus memutar otaknya untuk membagi uang. Beruntung, uang sekolah dan uang saku Caroline dibayar oleh Leo, ayah kandung gadis itu. Dibalik sifatnya yang menyeramkan tersimpan rasa sayang yang mungkin masih ada walau hanya sedikit.

Terlintas satu ide di benak Lana. Mengingat, dulu ia sempat memiliki toko kue yang sudah lama ia tinggal membuat wanita itu tersenyum. Agaknya, pekerjaannya yang lama itu akan ia lakoni kembali. Lana bangkit dan mengambil tasnya.

Saat ia keluar kamar, Lana langsung berhadapan dengan Caroline yang berdiri di depan pintu.

Caroline tersentak. Buru-buru gadis itu menormalkan ekspresinya. "Tante, maaf. Kemaren aku enggak sengaja ngedenger pembicaraan Tante sama Om. Eum, aku tahu kalau keuangan Tante sama Om enggak baik-baik aja. Aku juga minta maaf, gara-gara aku yang numpang disini pengeluaran Tante bertambah." gadis itu berkata dengan sendu.

Lana tersenyum. Ia lantas membungkus tangan Caroline dengan tangannya. "Enggak apa sayang. Kamu enggak perlu minta maaf." 'karena yang salah disini kami. Bukan kamu' lanjut Lana dalam hatinya. Lana langsung menarik gadis itu ke pelukannya.

Saat pelukan itu terlepas, Lana memegang kedua bahu Caroline. "Tadi katanya mau bantuin Tante, kan?" gadis itu menggangguk antusias.

"Sekarang, kamu ke kamar ganti baju. Ajak Regan juga sekalian." Lana menjawil hidung gadis itu gemas. Membuat sang empu terkikik.  Caroline menggangguk antusias dan bergegas naik menuju lantai dua. Tapi, saat ia berada dimi depan kamar Regan, gadis itu tampak gugup. Ia terus-terusan teringat tentang pernyataan lelaki yang membuatnya ambigu itu.

Dengan modal mental dua batang, Olin mengetuk pintu kamar Regan. Setelah sang empu mengizinkan masuk, Caroline langsung memasuki kamar itu. Terlihat Regan yang sedang bermain ponsel dengan posisi telungkup. Lelaki itu membalikkan badannya.

"Ada apa?" tanya lelaki itu. Ia sengaja menatap gadis dihadapannya dengan intens. Menurutnya, wajah salah tingkah gadis itu menggemaskan. Regan melangkahkan kakinya, mendekat pada Caroline yang sibuk menunduk memilin jarinya.

"Itu, kata Tante, kita disu-"

Regan menghembuskan napasnya jengah. Gadis ini persis seperti manusia yang mencari koin di jalan. Selalu menunduk. "Maksud gue, ada apa lo nunduk gitu? Nyari koin?" sela lelaki itu. Enggan menjawab, gadis itu justru menggeleng.

Merasa kesal, Regan bangkit dari tidurnya dan berdiri di hadapan gadis yang tingginya hanya sebatas dadanya. Lelaki itu menunduk menyentuh dagu gadis itu, dan mengangkatnya. "Terus ada apa?" tanyanya serak sambil terus menatap mata karamel milik Caroline.

Caroline tergagap."Tan-te, tante nyuruh kita buat bantuin dia, jadi kamu juga harus siap-siap," lirihnya bersusah payah. Regan tersenyum tipis.

Ia menangkis jarak di antara keduanya. Di saat lelaki itu maju dan terus maju, gadis itu mundur selangkah. Hingga tak sadar bahwa gadis itu hampir menabrak lemari jika saja Regan tidak buru-buru membalikan posisi mereka.

Regan menyentuh pucuk kepala gadis itu dengan kedua tangannya. "Hati-hati. Kalau lo kenapa-kenapa, gue yang bakal repot." selepas itu, Caroline langsung pergi meninggalkan Regan yang terkekeh.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang