53

140 23 15
                                    

Maaf banget temen-temen baru update. Aku sibuk. Alias sok sibuk sih lebih tepatnya. Maaf banget yaaa.

Oke tanpa banyak bacot. Lets go to reading. Eh lupa, komen dan vote yaaa.

*****************

P

lay song: Runtuh (Feby Putri ft. Fiersa Besari

53. Br(oke)n

"Halo Adik! Akhirnya kita berjumpa." Lontaran itu keluar dari bibir Jayden yang semula merangkul bahunya.

Mata Caroline terbelalak. Setelah sebelumnya mendongkak. Menatap binggung lelaki itu bersama temannya yang ia ketahui bernama Lintang. "Jayden?"

Jayden mengangguk kecil. Senyum sinis terukir di sana. Belum lagi pakaian lelaki itu serba hitam. Kaos hitam polos ditambah jeans hitam dengan beberapa sobekan di bagian dengkulnya. Belum lagi tangan kanannya yang memegang pisau lipat membuat aura badboy pada diri lelaki itu menguar jelas.

"Apa?" tanya lelaki itu dengan sinis. Kakinya melangkah menuju Caroline yang hanya nampu diam karena ikatan di bagian kaki dan tangannya. Lelaki itu berjongkok di hadapan Caroline. Ia mengelus pipi gadis di depannya. "Pasti lo mau nanya sesuatu, kan? Tanya aja."

"Ka-kamu ngapain di sini? Te-terus aku ada di mana sekarang?" Pertanyaan itu membuat Jayden terkekeh. Lelaki itu mengelus rambut Caroline yang sudah mulai acak-acakan. "Mau tahu apa mau tahu banget?" tanyanya sambil menatap pakaian gadis itu yang mulai kotor.

Jayden bangkit, duduk di salah satu meja kayu di sana. Kaki yang dibalut sepatu hitam itu ia goyang-goyangkan. Kedua tanganya ia letakan di belakang sebagai penyangga.

"Kalau gue bilang, gue yang bawa lo ke sini gimana?" Lontaran itu membuat Caroline kaget sekaligus binggung. Jangan bilang jika Jayden yang ....

Belum sempat berujar, Jayden mengangguk angkuh. "Iya, Adik. Gue yang culik lo ke sini. Gimana, gue udah baik, kan? Gue nyamperin Adik gue langsung."

Caroline mendadak diam. Banyak kebinggungan yang terlintas di benaknya. Mengapa Jayden menyuliknya? Bagaimana Jayden tahu ia ada di pemakaman? Dan, mengapa Jayden memanggil dirinya Adik? "Kakak?" beonya.

Lelaki itu mengambil bungkus nikotin dan pematik dari saku celana dan menyalakan lintingan tembakau yang dibungkus nikotin. "Loh?! Papa kita belum ngasih tahu kalau nyokap lo itu pelakor?" Jayden bertanya setelah kepulan asap rokok itu ia keluarkan.

Kulit dahi Caroline bergelombang, tanda semakin binggung. "Hah?! Papa kita? Maksudnya apa?"

Jayden tersenyum mengejek. "Katanya ranking satu pararel, kok bego," ejek lelaki itu.

"Jay! Please ini maksudnya apa? Apa maksud kamu bawa aku ke sini? Apa maksud kamu bilang Mama aku pelakor? Kita aja bahkan baru kenal pas SMA. Tolong jangan ngaku-ngaku itu Papa kamu."

Jayden bercedak. "Lo itu gimana sih?! Kan udah gue bilang, gue itu saudara lo. Harusnya lo hormat sama gue."

"Hah?! Saudara?" Jayden mengangguk. "Iya, saudara. Saudara satu Ayah beda Ibu. Simplenya sih, nyokap gue istri bokap lo."

Ingatan Caroline terputar kala satu pesan yang menuduh Ibunya pelakor. "Jangan bilang kamu yang ngirim pesan tentang perebut suami orang?"

Kepala Jayden bergerak ke atas ke bawah. "Lebih tepatnya semua pesan. Mau itu via SMS, WhatsApp, Instagram, ataupun surat itu gue yang kasih," tutur lelaki itu.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang