29

224 58 128
                                    

Hai aku kembali.

29. Pindah sekolah

Regan menyilangkan tangannya di bawah kepala. Lelaki itu menerawang menatapi langit-langit kamar yang di hiasi poster atlet basket luar negeri yang ia beli saat Sekolah Dasar dulu.

Pikirannya melayang mengenai gadis yang mampu mengisi ruang kosong di hatinya.

Mulanya, lelaki itu memang benci terhadap Caroline.

Dimana gadis itu terus mencari perhatian kedua orang tuanya, terutama Lana. Pernah saat itu, semasa SMP, keduanya demam. Itu diakibatkan karena jam ekstrakulikuler cowok itu yang terlalu lama. Belum lagi, hujan yang mengguyur jalanan. Ditambah, peraturan dari pihak sekolah dilarang keras membawa ponsel. Membuat keduanya terjebak hujan. Dan, kedua orang tuanya malah memarahi Regan. Katanya, cowok itu terlalu manja meminta ditunggui oleh Caroline. Padahal, gadis itu yang memaksa untuk pulang bersama.

Tapi, kebaikan dan ketulusan hati gadis itu membuat Regan takjub. Dimana, saat dirinya di marahi oleh Thomas, Caroline malah mau mengulurkan tangannya membantu Regan dengan ketulusan hatinya.

Tapi, perlu kalian ketahui, Regan sudah lama menaruh hati pada gadis itu, hanya saja, lelaki itu memiliki sifat gengsi yang tinggi juga hati yang kadang ditutupi awan hitam. Membuat dirinya sukar untuk menunjukan kasih sayangnya.

Tapi ada satu hal yang membuat lelaki itu menaruh rasa kecewa pada Caroline. Bagaimana tidak, gadis itu belum menjawab pernyataan perasaan yang ia lontarkan tadi. Padahal Regan adalah mahluk hidup bernama manusia. Bukan kain jemuran yang digantung.

Lelaki itu memperbaiki posisi tidurnya. Menarik selimutnya dan bersiap untuk terlelap. Berharap paginya ia mendapat kabar baik.

"Semoga besok dijawabnya. Regan aku mau jadi pacar kamu." batinnya.

*****

Paginya, di kediaman Regan di penuhi omelan oleh Lana. Wanita itu sibuk mengomeli Regan yang lelet membawa beberapa bahan juga alat untuk membuat kue di toko ke milik Lana. Ngomong-ngomong, Lana memberi nama tokonya itu Relin Bakrey. Katanya sih, ada makna khusus atau itu sebuah kode dari Lana agar Caroline mau menjadi calon menantunya.

Lana berkacak pinggang saat melihat Regan yang sibuk menatap Caroline tengah memasukan beberapa pewarna makanan ke dalam satu tas kecil. "Aduh Regan, kalau ini di tinggal, gimana caranya Bunda buat ngadonnya pinter." Lana mengambil mangkuk stainless yang kerap ia gunakan untuk mengocok bahan kue maupun roti.

Regan tersentak. Dan ia hanya mampu menyengir. Melihat Lana yang sedang berkicau bak burung beo, lelaki itu berpikir sepertinya, wanita yang telah melahirkannya enam tahun lalu itu sedang PMS. Terbukti sedari tadi sang Bunda hanya bisa mengomel tak jelas.

Dan Caroline, ia hanya tertawa pelan melihat interaksi anak dan Ibu itu.

"Iya, Bunda cantik. Semua-muanya udah aku masukin. Jadi, yuk sekarang kita berangkat." lelaki itu memimpin untuk memasuki mobil yang akan ia kendarai.

Perjalanan yang biasanya terasa hening, kini mulai gaduh akibat teriakan dari Bunda Lana tercinta. Lagi dan lagi Lana mengomeli anaknya. Kali ini perkaranya akibat kecepatan yang diatas rata-rata membuat Lana kewalahan akibat telur yang bergoyang. Takut jatuh dan berakhir pecah.

"REGANN! PELANIN MOBILNYA. INI NANTI TELORNYA PECAH!" Lengkingan itu terdengar. Membuat Caroline menutup kedua telinganya yang sedari tadi  berdengung.

Perjalanan penuh drama itu kini telah usai. Ketiganya telah sampai di depan toko kuenya. Mereka turun dari mobil, dan disana terlihat sudah ada beberapa wanita yang menunggu.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang