Hari terakhir pre order novel Aldara!!
Yang nunggu?
***
"Hah? Ares?!!"
Seina memekik heboh, gadis itu langsung hendak berlari ke tengah jalan yang ramai kendaraan bermotor jika satu tarikan kencang dirambutnya terasa.
"Bego bego," ujar Allard menyentil dahi Seina berkali-kali. Cowok itu merangkul Seina, sedangkan Seina menggenggam tangan Dira untuk bersiap menyebrang jalan.
"Lo kok disini? Ares kok udah sama lo? Kok Ares disana?" tanya Seina beruntun.
Allard mengedikkan bahu acuh mendengar pertanyaan Seina. Cowok itu menatap jalanan hendak menyebrang. Sedangkan Dira menatap Seina sebal. Ini bukanya Seina yang jadi nyamuk nanti, tapi dia. Walaupun ada Erlan, tapi kan Erlan mana peka?
"Lard, kok Ares sama temen-temen lo. Ketahuan dong?" Tatapan Seina berubah menjadi gelisah menatap Ares yang duduk anteng bersama teman-teman Allard.
"Siapa yang telfon Lintang?" sarkas Allard menatap Seina.
Seina mengerucutkan bibirnya sebal. Dia fokus saat ketiganya menyebrang, dan langsung membebaskan diri dari rangkulan Allard. Gadis itu memeluk Ares erat, dipenuhi tatapan selidik mereka termasuk Dira.
"AMA ALES AMA OM LILIN TADII!!" ujar Ares senang menunjuk Lintang yang sudah berlagak sekarang. Tak berselang lama saat Allard langsung menempeleng kepalanya.
"MAMA PAPAH ANJRIT!!" Teriak Andra heboh. Itu membuat tawa mereka terdengar. Ditambah Seina yang tersipu malu. Allard duduk dengan santai disamping Lintang sambil memperhatikan Ares yang memeluk Seina.
"Siapa lo Sei?"
Seina menoleh kearah Dira. Gadis itu menggigit bibir bawahnya gelisah tak tau jawaban apa yang akan dia kasih.
"Anak gue." Semua mata kini tertuju pada Allard.
"Hah? Gimana maksudnya? Lo hamilin Seina pas dia SMP? Perasaan dulu kita gak satu sekolah sama Seina deh," ujar Rio bingung.
"Anjay, Si Allard ternyata ganas. Enak gak Sei?" ujar Andra mendekat kearah Seina.
"Apaan sih!! Ini bukan anak gue, bukan anak Allard. Tapi ya gitulah." Seina menutup mulutnya langsung saat sadar bahwa Ares masih ada didepanya. Balita itu menatap sedih Seina membuat Allard yang melihatnya mendengus sebal karena ucapan Seina yang sedikit menyakiti Ares. Entah balita itu paham atau tidak.
"Ales ndak unya Apa, Ales ndak unya Ama.." ujar Ares pelan.
Seina pura-pura tertawa. "Nggak kok, kan ada Mama. Sama Papa, ya kan?" ujar Seina menatap Allard sambil mengedipkan satu matanya.
"Iya, ada Papa Lintang. Tenang." sahut Lintang pede membuat Seina mencibir.
"Dih ogah. Mendingan sama Allard."
Allard memalingkan wajahnya tak peduli. Tapi Naresh malah dengan sengaja menahan wajah Allard yang terlihat salting mendengar perkataan Seina.
"Merah merah ciee!"
"Anjing lo," ujar Allard pelan. Hal itu membuat tawa Naresh makin kencang.
"Kenapa Ndra?" tanya Rio saat melihat Andra diam menatap Ares dan Seina.
"Mamah Papahan anjrit," gumam Andra masih tak percaya.
Lintang menatap Andra sambil mengambil bakwan. "Halah! Itu si Jupri adik lo. Gue aja sering pergokin dia telfonan sama pacarnya pake Ayah Bunda. Masa si Sei sama Allard lo kaget. Mereka mah wajar. Lah si Jupri? Baru kelas 5 esde anjir!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...