Jangan hujat Allard! Wkwk.
Sifat Allard akan sedikit berbeda ya disini.
_ _ _
"Kami akan selidiki siapa pria itu. Sayangnya anda tak menyertakan bukti seperti foto wajah ataupun plat mobilnya, jadi akan sedikit sulit." ujar pria bersragam itu memberikan keterangan.
"Kami juga akan menyebarkan berita tentang anak ini. Siapa tau ada yang kehilangan Balita seperti dia," Allard mengangguk, Balita yang ia tau namanya Ares itu sedari tadi diam.
"Terus ini gimana Pak? Oh iya! saya kemarin tanya sama dia, Papanya mana? Dia bilang dia tak punya Papa. Kalau saya mencari Panti Asuhan, siapa tau dia memang berasal dari tempat itu kan?" ujar Allard berkomentar, ide ini memang sudah dipikirkanya dari semalaman.
"Silahkan, tapi tetap dalam pengawasan bapak dan lapor ke saya selagi tim kami melakukan penyelidikan nanti, jadi untuk saat ini Balita itu tetap bersama anda. Tapi masih dalam pengawasan kami,"
Allard mendengus pelan, tapi tak urung juga mengangguk. Ia bangkit dari duduknya. Berbincang sebentar kemudian berlalu keluar.
Allard mendesah pelan menggendong Balita yang hanya menyandarkan kepalanya dibahu lebar cowok itu. Mengingat ucapan Pak Polisi tadi membuat Allard mati-matian menahan mulutnya yang ingin mengumpat.
Dia masih SMA, tinggal dirumah paling sehari dua hari dalam seminggu. Allard lebih banyak tinggal diapartemen miliknya. Masa suruh ngurus nih Bocah?
Membuka pintu mobilnya, Allard menaruh Ares dikursi depan. Ia sendiri duduk dibalik kemudi. Tak dijalankan melainkan menatap Ares serius sedangkan Balita itu mengerjap pelan.
"Om tanya ya, Papa Mama mana? Kemarin siapa?" tanya Allard. Dia seperti orang bego sekarang.
"Ales ndak unya Ama Apa," Allard tertegun sebentar.
"Yang kemarin? Om?" tanya Allard sekali lagi tapi tak mendapat jawaban.
"Bocil! Yang kemarin Om bukan?!" kata Allard ngegas. Ditanya juga.
"NDAK USAH ANYA-ANYA! DIA OM AJAT! APA IEM!!"
"Eh busett," kaget Allard memegang dadanya. Suaranya sampai otak ini loh. Padahal tadi diem mulu, ternyata dalemnya kaya gini. Oke, Allard perlu melakukan pendekatan.
"Heleh! Si bocil, kaget gue!" umpat Allard. Tapi luluh saat Ares mendekat kearahnya. Allard memangku Balita itu. Memegang tubuhnya dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain digunakan untuk menyetir.
Tapi yang disadari Allard satu hal. Apa? Bapak maksudnya? Padahal kan dia tau kalau Allard bukan Papanya.
_ _ _
"Bukan dari anak sini Pak," kata wanita paruh baya itu lembut. Tanganya mengelus pipi Ares, Balita ini sangat tampan, banget.
Allard menghela nafas. Apalagi mendengar perkataan Ibu tadi.
"Ini anak anda?"
"Bukan, kalau anak saya ngapain saya tanya kaya gitu sama Ibu?!" balas Allard. Ia menggendong Ares keluar dari ruangan.
Banyak anak kecil yang berada ditaman, Ares memberontak untuk turun. Allard menurunkanya yang disambut tawa riang Balita itu. Ia berbaur bersama anak-anak seumuranya. Larinya tertatih, tapi entah kenapa hal itu membuat Allard tersenyum tipis. Dari kemarin Balita itu tak tersenyum, hanya diam merenung.
"Ares, eum.. Gu- Allard duduk disini!" kata Allard berteriak kearah Ares yang sedang bermain mobil-mobilan.
Ares tak menjawab, melainkan tertawa riang.
"Wah, nggak dijawab gue," gumam Allard pelan.
Cowok itu tak peduli lagi, membuka ponsel miliknya untuk mengecek notifikasi yang masuk. Sesekali matanya melirik kearah Ares. Padahal rencananya ia akan pergi dari sini. Tadi ia sedikit berbincang pada Bu Desi untuk menitipkan Ares, juga menjelaskan detail kejadian yang menimpa dia juga Ares.
Untuk sementara Ares tinggal disini karena Allard juga bukan anak rumahan. Ia sering keluar malam, pulang telat dan bahkan tak pulang. Mana mungkin dia bisa merawat Ares begitu saja. Walaupun rasanya sedikit gimana gitu. Dari kemarin Ares memang tak pernah tersenyum. Tapi Balita itu harus menempel pada Allard kapanpun.
"ASSALAMUALAIKUM, PERMISI, HALLO, WOI!!" teriakan nyaring itu membuat perhatian anak-anak panti berpusat pada seorang gadis manis dengan membawa kantong kresek ditanganya.
Para anak-anak menghampiri gadis itu, termasuk Ares yang malah terjatuh karena terlalu semangat. Ini kebahagiaan yang pertama kali dihidupnya.
"Eh, pelan-pelan. Oke?" kata gadis itu lembut membantu Ares berdiri. Balita itu sendiri malah tersenyum manis. Memeluk Seina erat membuat gadis itu tersentak. Tapi kemudian memeluk Ares, menggendong balita itu.
"Antik!"
Seina tertawa. "Antik apa Cantik?" godanya masuk kedalam panti. Ia menaruh kantung kresek tadi dimeja. Menyalimi tangan Bu Desi pelan.
"Ares ya? Papa kamu mana?" tanya Bu Desi. Dalam otaknya masih memikirkan bahwa pria tadi adalah ayah dari balita ini.
Ares menggeleng pelan. Berontak meminta diturunkan. Mendengar ucapan Ibu itu yang menanyakan Allard membuat Ares juga kepikiran. Um, orang yang sudah ia anggap pelindung itu akan meninggalkanya?
"Ekem!" deheman itu membuat Ares menoleh. Berlari tertatih memeluk kaki Allard erat.
"Ales kuutt.." cicit Balita itu lirih.
Allard terdiam. Ia berjongkok, "Ares disini aja ya? Sama Bu Desi. Sama anak-anak panti yang lain?" kata Allard kaku. Tak tega melihat wajah Ares yang sangat berharap.
"Mas! Jangan lepas tanggung jawab dong!!" kata Seina kesal.
Allard yang emosi langsung menggendong Ares membuat Balita itu tertawa kegirangan. "Bukan anak gue! Jangan nuduh lo!" kata Allard setelahnya.
"Lah orang dianya mau sama situ!!" balas Seina keras.
"Nih! Ama lo juga mau!!" Allard menyerahkan Ares ke Seina yang langsung ditangkap gadis itu spontan.
"Ares itu Papa kamu ya?" tanya Seina iseng.
"Kan,"
"Wlek! Jangan nuduh makanya!!" kata Allard berlalu dari ruangan itu.
Ares yang sadar seketika langsung menangis keras. Tapi Allard sudah pergi, bahkan menaiki mobil.
"Apaa!!" Balita itu berontak ingin turun. Menangis keras, tubuhnya bergetar.
Seina yang tak tega menggendong Ares lembut. "Udah ya? Besok kesini lagi kok."
Ini bapaknya beneran nggak sih? Mata Seina menatap Ares yang sesenggukan menyandarkan kepalanya dibahu Seina.
Yang ada dipikiranya hanya satu, ada secarik harapan disana. Pelindungnya besok datang, Papanya datang.
_ _ _
Vote dan komenya
Maaf yang versi baru malah amburadul, banget malah. Soalnya aku sadar wkwk
Salam sayang
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...