45. Play Game

27.2K 5.5K 1.6K
                                    

 Yang nunggu? Kalian baca jam berapa?

****

Clarisaa menatap kertas putih didepanya. Tanganya memegang pulpen. Rasanya sesak. Gadis itu menghembuskan nafas pelan setelah mengirimi pesan pada Seina. 

"Sa, ayo."

Gadis itu menoleh mendapati Mamanya yang sudah siap dengan jaket tebal. Menampilkan senyum manis pada Mamanya.

"Mama telfon Allard kok nggak bisa ya?" Ujar Mama Clarisaa bingung. Biasanya Allard akan langsung mengangkat telfonya.

"Mama ngapain nelfon Allard?" tanya Clarisaa kaget.

Clara, Mama Clarisaa tampak bingung. "Kenapa? Biasanya juga kaya gitu. Mama mau ngundang Allard kesini, sekalian mau bicara penting.

"Dia udah punya pacar Ma, gak usah ribet," ujar Clarisaa sebal jika mengingat kembali hubungan Allard dan Seina yang tampak adem ayem. Bicara penting yang dilakukan Mamanya pasti hanya tentang Papanya itu. Padahal mereka sudah melangsungkan sidang perceraian. Mau berapa kali Mamanya menangis, Pria paruh baya itu seakan tutup mata.

Mama Clarisaa menatap anak gadisnya yang tampak kesal. Wanita itu diam mengangguk. "Mama seneng sama Allard karena dia bisa jaga kamu. Gak salah kan?"

Clarisaa mengangguk. Tersenyum manis. "Gak emak gak anak pelakor," gumam Clarisaa pelan.

"Apa Sa? Siapa?"

"Hah?" Tanya Clarisaa kaget pada Mamanya. "Seina," ujarnya pelan berbisik pada dirinya sendiri agar Mamanya tak terlalu mendengar dengan jelas. "Udah Ma, jangan dipikirin. Ayo kita cari makan," ajak Clarisaa sambil bangkit dari tempat duduknya. 

*****

"Mama tunggu disini bentar. Clarisaa pesenin makanan dulu. Oke?"

Mama Clarisaa mengangguk. Duduk di bangku yang telah disediakan. Mereka hanya mencari penjual nasi goreng jalanan. Tampak beberapa penjual makanan berjejeran dipinggir lapangan. Pembeli juga tak seramai itu, jadi lebih lenggang dan cepat.

Ponsel berbunyi nyaring membuat Mama Clarisaa berdiri. Takut menganggu pelangan yang duduk didekatnya, wanita itu menyingkir lebih jauh dari area warung setelah memberi isyarat pada Clarisaa.

"Hallo," ucapnya menyambut.

"…"

"Oh, yang dibutik tolong diurus semuanya dulu. Mungkin saya akan libur lebih lama."

"Siap Bu."

"Oh iya La—" Pandangan Mama Clarisaa tertuju pada dua orang yang duduk dibangku taman. Membelakangi dirinya. Jantungnya berdetak lebih kencang, disusul dengan rasa sesak yang tiba-tiba hadir.

"Aku minta maaf."

Wanita itu mengepalkan tanganya kuat. Tanpa melihat wajah, dia tau siapa laki-laki itu. Tubuhnya bergetar, berusaha menormalkan nafas agar tidak gerogi. Mama Clarisaa tersenyum miris. Berjalan pelan menghampiri keduanya.

"Aku pikir kita gak ada hubungan lagi. Jadi stop untuk ini."

"Jadi kamu benar-benar selingkuh Mas?" suara seraknya hendak menangis. Dari tatapan matanya, sudah terlihat bagaimana hancurnya wanita paruh baya itu. Ponsel ditanganya dilempar kearah punggung wanita itu sekuat mungkin.

"Clara."

"KAMU RUSAK RUMAH TANGGA KITA CUMA GARA-GARA CEWEK SIALAN INI HAH?!"

"Kita udah resmi cerai, aku harap ka—"

"ARRGHH!!" Wanita yang disebut-sebut itu berteriak kencang saat rambutnya ditarik kasar. Pria paruh baya yang melihatnya langsung berdiri. Melepaskan cekalan tangan Clara dari wanita ini.

Our Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang