12. Bolos

65.2K 10.8K 3.5K
                                    

Yang nungguin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang nungguin?

.
.
.
.
.

"Meresahkan,"

Seina langsung menunduk cemberut kala Allard menatapnya tajam bak elang yang siap memangsa. Cuma bilang meresahkan aja dipelototin.

"Siapa yang meresahkan? Gue?" tanya Allard tajam.

"Kaga," balas Seina pelan.

"Ngapain ngatain gue?" tanya Allard sensi.

Seina mendongak, menyentak tangan Allard. "Halah! Gue tanya baik-baik ya tadii!! Lo nya aja yang ngegas!!" teriak Seina tak mau kalah. Untungnya ini mereka sudah sampai dibelakang sekolah.

Allard memijat keningnya pusing. "Sei, ngertiin gue dikit ngapa. Ntar pasti lo tau alasan gue," balas Allard datar.

Matanya menatap gerbang menjulang tinggi namun tak begitu besar. Terlihat karatan dan di kunci. "Bolos ye Sei," ujar Allard santuy menarik tangan Seina.

Mata Seina membulat. "Ogah!! Gue pinter gini mau bolos. Lo kalau mau sesat sesat aja jangan ajak-ajak gue!!" semprot Seina lengsung menyentak tangan Allard kasar.

"Mulut!" gumam Allard pelan.

Dengan satu tarikan Allard berhasil meraih pinggang Seina. Menyudutkan gadis itu ditembok agar bisa memanjat.

"ALLARD, SETAN LO!!"

Seina langsung berpegangan pada atas tembok kala Allard melepas gendonganya. Posisi Seina sekarang memprihatinkan, kakinya tak menapak, melainkan melayang dengan tangan yang menjadi penyangga diatas.

Allard ngakak sendiri ditempatnya. "Temenin bolos makanya," balasnya tak mau memegang Seina lagi.

Seina menggigit bibir bawahnya kala dadanya sakit saat menahan menggunakan tangan yang sudah tak kuat.

"Iya, bolos iyaa. Sultan bebas. Kalau gue gak dapet beasiswa lagi bayarin nanti," ceplos Seina.

Aĺlard mengangguk asal. Memeluk kaki Seina kemudian mengangkatnya keatas sehingga gadis itu lebih mudah memanjat.

"Mata lo ngintip gue colok!!" teriak Seina berusaha menutupi rok selutut miliknya.

Allard memutar bola mata malas. Saat Seina sudah sampai atas, cowok itu menarik kursi yang sudah rusak untuk memanjat. Tak membutuhkan waktu lama, cowok itu sudah berdiri anteng disamping Seina.

"Turunnya gimana Lard?" Seina menoleh kebawah.

Gadis itu langsung memegang lengan Allard erat saat tubuhnya oleng. "Nyesel Lard, nyesel gue ikut lo bolos," ujar Seina mendekat kearah Allard membuat cowok itu berdecak.

"Loncat," balas Allard cuek.

Seina mendongak. "Kalau patah gimana Allard?" ujar Seina sebal. Tinggi tembok belakang memang tak main-main.

Our Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang