Jam berapa bacanya? Tandai typo ya!
*****
Tubuh Seina langsung menegang.
"Oh Papa?"
Gadis itu menampilkan wajah kaget saat Clarisaa memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Hanya Papa Clarisaa kan? Suaranyaa…
"Seina tunggu disini ya, nanti Papa balik lagi."
"Jangan nyari Mama kamu, dia jahat."
"Papa cuma pergi bentar kok."
Kembali lagii….
"Kamu nggak kangen Papa Sei?"
Seina menggelengkan kepalanya pelan, tatapanya menatap miris pada Clarisaa. Rasanya dia hampir mati karena kaget. Air matanya juga mulai menggenang. Firasatnya yang tak enak, ucapan Clarisaa yang selalu melantur saat membicarakan Papanya, dan ucapan Mamanya tentang teman lama yang hadir kembali. Seina cukup paham.
Tapi.. gadis itu belum siap. Belum. Atau lebih tepatnya benci yang masih terasa sangat nyata?
Gadis itu mengukir senyumnya, berbalik badan menemukan pria paruh baya yang sedang tersenyum manis.
"Siapa ya?" tanya Seina.
Dia tidak boleh menangis untuk seorang bajingan kan?
"Hah, Seina. Kamu nggak inget Papa kamu?"
Seina memalingkan wajahnya yang hendak mengeluarkan air mata. Wajahnya masih sama, hanya ada beberapa garis keriput yang menandai berapa umurnya. Dan sifatnya juga masih sama. Pandangan santai, dan ucapan yang terkesan meremehkan.
"Ah maaf Pak, Ayah saya sudah mati. Bapak siapa ya?" Ulang Seina dengan pertanyaan yang sama. Senyum wajahnya masih terlihat manis meski jika orang menatap matanya, akan tau seberapa sedihnya Seina saat ini.
Rico mengernyitkan alis. Pria itu menghela nafas pelan. "Kita bisa bicara baik-baik Sei."
Buang anak bisa dibicarakan baik-baik? Mimpi saja sampai kiamat.
"Sa lo cuma mau mempertemukan gue sama orang gak jela—" Seina mengernyit saat Clarisaa sudah tidak ada ditempatnya.
Gadis itu terkekeh pelan merasa dipermainkan kali ini.
"Papa kesini mau bicara baik-baik sekaligus minta maaf Sei.."
"Lo bukan papa gue," ujar Seina dengan suara serak.
"Mana ada orang tua yang ninggalin anaknya."
"MANA ADAA!!"
"SEINA!" Rico sedikit membentak kearah Seina. "Kamu benar-benar gak tau malu ya," bisiknya saat beberapa orang ditaman melihat pertengkaran mereka.
"Kenapa?" tanya Seina. Air matanya sudah menalir deras. "Malu ya? BIAR SEMUA ORANG TAU ADA BAJINGAN GAK TAU DIRI DISINI!!"
Tak ada suara selain isakan Seina. Beberapa orang tadi tak berani berkutik dan hanya diam. Suasana malam juga makin mencekam. Menurut Seina ini seperti kesialan. Dadanya seperti dicekik, sesak. Melihat orang yang sama sekali tak dia harapkan hadir dengan wajah tanpa dosa.
Sekali lagi, Ayahnya sudah mati.
"Seina seburuk apa sih sampai dibuang sama orangtuanya sendiri?" tanya Seina, matanya menatap tepat dimanik milik Rico. Seina tak akan lari lagi, dia harusnya bisa menghadapi orang tak tau diri ini.
"Sei, kita bicara baik-baik di tempat lain."
Selalu saja, pria ini selalu membicarakan hal tak berguna ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Novela JuvenilNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...