Jam berapa kalian baca ini?
****
"Ma, Mamah. Bukan Seina yang jadi pelakorr! Pelakornya tuh Clarisaa!!" teriak Seina mengejar Sahirah yang melenggang hendak masuk ke dalam rumah.
"MAMA IH!"
"HUAAAAAA!!"
"Tuh kan," mata Sahirah melotot pada Seina saat Ares terbangun dan menangis kencang. Seina cemberut. Ikut mendekati Ares yang minta ganti digendong olehnya.
"Cup cupp, sama Mama," ujar Seina pelan mengelus punggung Ares agar tenang. Wajah palita itu dia tempelkan di pundak Seina dengan sesenggukan.
"Ama teliak, Ales—"
"Iya maaf," ujar Seina memotong ucapan Ares yang diiringi isak tangis. Seina menatap Ares sekilas, mengelus kepala balita itu.
"Jangan-jangan Allard pacaran sama Clarisaa. Terus dengan adanya Ares, kalian selingkuh. Iya?"
Seina langsung melotot tajam mendengar ucapan ngawur Mamanya. Bergidik, gadis itu mencibir sinis. "Kalau nggak ada Ares juga ogah kali sama Allard."
"Ales bilangin Apaa."
"Ee jangan dong," bantah Seina saat Ares menyela.
"Jadi Clarisaa siapanya Allard Seinaa?"
"Gak tau," ujar Seina langsung, mengedikkan bahunya. Suara motor mengalihkan perhatian mereka. Tanpa berfikir panjang, dari warna motor sampai postur tubuhnya juga Seina sudah hafal siapa dia. Seina mengernyit heran melihat Allard yang berhenti didepan rumahnya. Padahal siang tadi dia sudah kesini, sekarang mau ngapain lagi?
"APAAA!!" teriak Ares girang, raut wajah tangisnya kini berganti dengan wajah gembira membuat Seina heran. Ares memang sudah kena pelet Allard sangat kuat ya?
Allard menampilkan senyum setelah helmnya terlepas. Cowok itu turun dari motor. "Kayaknya hape gue ketinggalan deh Sei," ujarnya sambil nyengir.
Cowok itu bergerak kearah Mama Seina, hendak menyalimi wanita parub baya itu sebelum menggendong Ares.
"Tan," sapa Allard.
Bukan wajah ramah, melainkan tatapan tajam menyelidik. Allard memberi pertanyaan pada Seina lewat gerakan mata. Apa yang terjadi pada Mama Seina, saat tadi siang saja masih baik hati padanya. Seina hanya menggedikkan bahu acuh.
"Siapa Clarisaa?"
Allard diam sebentar. "Clarisaa?" gumamnya ngelag.
"Oh Clarisaa!" teriak Allard saat sudah paham siapa Clarisaa yang dimaksud. Laki-laki itu langsung bungkam. "Hah? Clarisaa siapa Sei? Kok gue nggak kenal," mata Allard melirik Mama Seina. Meskipun bingung apa yang terjadi, tapi pasti ada hubunganya dengan cewek sialan itu.
"Temen atau pacar?"
"Kan pacar Allard Seina. Ya kan Sei?"
"Kapan jadian?" cibir Seina membuat Allard langsung melotot.
"Kan lo udah gue tembak monyet," bisik Allard sebal.
Seina terkekeh. Iya, nembak pas dihari ulangtahunya. Itu juga Seina iya iya aja. "Mama, intinya Clarisaa itu pelakor. Pelakor."
"Nah itu," setuju Allard.
"Bukanya katanya kamu nggak kenal Allard?"
Lagi-lagi Allard menampilkan senyum terpaksa pada Mama Seina. Memberi kode pada gadis itu agar mencarikan ponselnya didalam rumah.
"Apaaaa.."
Allard mengambil alih gendongan Ares. Bersamaan dengan Seina yang masuk rumah, Ibu Seina juga mengikuti untuk masuk meninggalkan Allard dan Ares diluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...