Tandai typo ya !
Jam berapa kalian bacaa? Absen yuk!
****
"Ah baik."
Allard mematikan ponselnya saat percakapan mereka sudah selesai. Tatapanya langsung mengarah kearah Ares yang berada diranjang rumah sakit bersama Rio dan Andra. Mereka bertiga asik memainkan game di ponsel. Dan mereka semua kesini dengan tujuan menjemput Ares juga menjenguk Seina.
Awalnya mereka juga akan langsung pulang setelah ini, tapi Allard mendapat telfon dari kantor polisi bahwa akan ada yang perlu dibicarakan antara mereka.
"Jadi gimana pulangnya?" Tanya Lintang. "Lo nunggu Seina aja gak papa, Ares kita anter balik biar nanti sama tante Sahirah," ujar Lintang mengusulkan.
"Jangan, katanya polisi ada urusan terkait masalah ini. Ares ataupun kecelakaan itu."
"Oke."
Lintang menatap Allard serius. Dia tak berani mengeluarkan candaan beberapa hari terakhir ini. Allard masih sangat sensitif dengan masalahnya. Entah itu masalah keluarga, atau masalah percintaan. Sangat buruk. Bagas, Papa Allard juga beberapa kali menanyakan tentang cowok itu pada Lintang. Itu dikarenakan Allard tak mau bertemu dengan Bagas, kecuali hukum ke Riana sudah sangat jelas.
"Pemirsa."
"Telah dilaporkan kecelakaan pada tanggal 16 Januari lalu. Melibatkan satu orang wanita dan anak kecil yang menjadi korban. Selain itu, satu pelaku berinisial R yang juga merupakan seorang wanita."
"Polisi mulai menyelidiki masalah ini. Kecelakaan ini murni karena disengaja dan direncanakan. Menutut laporan cctv. Pelaku tak mengalami gejala mengantuk, atau mabuk, keadaan saat itu hanya gerimis ringan. Mobil pelaku juga sudah diselidiki, semuanya dalam kata aman."
"Mengejutkan lagi. Wanita berinisial R sudah menjadi buronan polisi sejak beberapa bulan yang lalu. Tak hanya kasus kecelakaan."
"R terlibat dalam kasus jual beli anak kecil. Meliputi penculikan, kekerasan, hingga transaksi anak. Polisi konfirmasi awal mendapat laporan dari seseorang sebagai saksi mata dalang kekerasan dan penculikan. Hingga semakin lama, terkuak bahwa tak hanya satu kali ini mereka melakukan hal itu. Laporan terbaru, transaksi ini sudah berlaku sejak 2018."
Clikkk!
Naresh mematikan telivisi yang baru saja memberigakan kabar tentang Ares. "Bosen, dari tadi pagi sejak polisi konfirmasi ke Media, langsung rame. Dan semua berita nampilin itu mulu."
"Kita kan dah tau," gumam Naresh. Cowok itu diduk disofa, tepatnya di samping Lintang samvil mengeluh.
"Seina gimana Lard? Samperin gih!"
"Ales kangen Amaa!" Teriak Ares setelah Naresh mengatakan hal tentang Seina pada Allard. Balita itu cemberut dan menatap tajam Allard.
Sepertinya memang sudah sembuh total.
"Biar Mama kamu istitahat dulu Res, baru tadi malem ketemu," ujar Allard sambil menyambar minuman diatas meja.
Walaupun gak sama gue, Batin Allard lesu.
"Gue gak punya muka, ada Bu Desi disana."
Teman-teman Allard menampilkan wajah kaget. Ey, mana Allard yang percaya dirinya setinggi langit, kenapa jadi seperti ini hanya karena belum bisa berbicara tenang dengan Seina?
"Ya wajar si."
"Seina marah, gue kalau jadi Seina pasti langsung tramua kalau pacaran sama lo." Lintang berujar asal ceplos yang langsung mendapat pelototan dari Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...