3. Allard Papa Beneran

96.8K 13.8K 5.4K
                                    


Sekolah sudah sepi. Allard menggantungkan tasnya dipundak. Berjalan keluar kelas yang memang sudah tak ada orang lagi. Cowok dengan baju berantakan itu berjalan kearah luar sekolah. Diujung sana dapat dilihat teman-temanya sedang tertawa ngakak.

Allard ketiduran. Ya, dan teman-teman laknatnya itu tak membangunkanya. Hanya meninggalkan dia sendiri dikelas. Berakhir seperti ini, matanya berkedip berat pertanda masih dalam fase ngantuk.

"Sialan lo!!" dengan teganya Allard membuang tas ranselnya yang mungkin hanya diisi satu buah buku serta pulpen kearah teman-temanya.

"Ngapa Bang? Nyaman nggak tidurnya? Mimpiin apa lo?!" kata Lintang tertawa ngakak.

Allard merengut, ia duduk dengan kasar dibangku yang kosong. Ini memang warung biasa milik Bu Dah, yang sering digunakan oleh mereka untuk nongkrong.

"Nyaman mata You!!" balas Andra mewakili Allard.  Berasa jadi Allard pokoknya.

"Astagfirullah, kalian ini berdosa banget," ujar Naresh lirih. Tanganya membuka bungkus permen karet, mengunyahnya kemudian.

"Lo kemarin kemana Tang?" tanya Rio pada Lintang yang asik memakan keripik singkong.

"Layatan," jawab Lintang.

"Siapa yang meninggal?" tanya Erlan membuka suara.

Lintang langsung terduduk, menatap mereka dengan serius. "Si Parman," kata Lintang sedikit berbisik.

"Nih ya, rumor rumornya dia itu buang anak njir!"

"Uhuk! Uhuk!" Allard langsung tersedak es teh yang ditegaknya. Lintang sialan!

"Hah? Gimana gimana? Buang anak gimana njir?! Dia  nana nini nunu ama pacarnya terus bunting gitu?!" tanya Andra heboh.

"Iya kali, tapi katanya dapet karma," kata Lintang bercerita. Seolah-olah berita itu benar sekarang.

"Wah! Nggak patut dicontoh asw! Masa anak kecil dibuang?!" Rio menggebrak meja kasar. Eh anak kecil woi!

Allard menegak ludahnya kasar. Ares gimana woi?! Tapi Allard gak buang kan, masa kaya gitu buang.

"Lard, muka lo kenapa pucet?" Lintang menghentikan ceritanya. Menatap Allard yang wajahnya pucat pasi kali ini.

"Kebelet boker palingan. Dah, lanjutin cepet!" titah Andra. Libtang mengangguk, ia mulai bercerita dengan serius.

"Nah kan, dia buang anak kecil tuh. Besoknya ditemuin dalam kondisi nggak bernyawa. Pas dimandiin bau ui,"

"Lo ikut?" tanya Rio menghentikan ucapan Lintang.

"Ikut apa?"

"Mandiin,"

"Kagak lah bego!" sentak Lintang keras.

"Terus gimana?" kata Andra yang sudah kelewat kepo.

"Pas mau dikuburin, tanahnya kan udah dalem. Kok pas mau dimasukkin jadi setengah hampir penuh," ujar Lintang menjelaskan.

"Tanah dari atas. Jangan ngadi-ngadi lo," balas Allard. Pikiranya sudah melayang kemana-mana. Duh, dia dikategorikan buang anak gak sih? Padahal Allard yang diberi amanah.

"Yee! Itu namanya azab dunia nyata. Nggak di ftv aja!!" balas Lintang tak terima.

"Terus apalagi njir! Jadi contoh nih buat gue!" kata Andra ngegas. Ngebet banget mau diceritain tentang azab.

"Ada airnya,"

"EH SERIUSAN!! WAH GUE KIRA DI FILM AZAB DOANG!!" kata Naresh semangat. Fakta baru.

Our Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang