3218 kata. Panjang loh iniVote dulu yuk!
Koreksi kalau ada typo ya!
Jam berapa bacanya?
******
Drrttt.. drrttt
Tangan Seina menjangkau ponsel. Gadis itu mengucek matanya masih mengantuk. "Halo?" sapa Seina sama sekali tak melihat siapa yang menelfonya pagi buta seperti ini.
"HAPPY BIRTHDAY SEINAAA!!"
Seina dengan cepat menjauhkan ponselnya. Gadis itu melihat nama yang tertera. Dira. Terduduk, melihat kalender yang terpasang didinding.
"Eh iya, gercep amat lu Dir," kekeh Seina senang. Matanya melihat jam dinding, masih jam 4 pagi.
"Minta hadiah apa?"
"Emm," gumam Seina sambil berfikir sejenak. "Terserah, harusnya surprise dong," ujar Seina lagi.
"AH IYA, BAY BAY. KETEMU DI SEKOLAH!"
Senyum Seina melebar. Gadis itu kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur. Tanganya memeluk Ares yang masih tertidur pulas. Setelahnya, Seina membuka kembali ponselnya, takut ada pesan yang tidak terbaca.
Dan benar, satu pesan suara dari Allard. Raut wajahnya langsung kesal mengingat ulah Allard padanya kemarin malam. Ya walaupun Seina tau, dia termasuk salah saat berbicara menyinggung pada Clarisaa. Tapi kan Seina juga masih punya hati untuk berniat menjenguk dengan tulus.
Tak ingin kepo, Seina dengan cepat membuka pesan tersebut. Atensinya teralih pada jam Allard mengirimnya, jam 1 malam. Artinya 3 jam yang lalu.
"Happy birthday Sei, gue tau lo masih marah. Maaf, gue gak maksud." Suara berat terdengar lelah Allard membuat Seina tertegun. Tersenyum pelan saat tau Allard mengingat hari ulang tahunya. Dia kira, Dira orang pertama yang memberikan ucapan itu.
Gadis itu membuka pesan sebelumnya. Sebuah foto. Seina mengamatinya dengan teliti.
"Ngapain sih?" gumam Seina bingung. Pasalnya Allard tak mengirimkan foto cowok itu, melainkan foto lain. Meja berantakan, laptop menyala.
"Halah!" kesal Seina melihat pesan apa yang ditulis oleh Allard.
Allard
Gue kaga dirumah sakit. Hahaha, jangan marah.
Lop dahGadis itu menoleh kebelakang kala seseorang menarik narik pelan bajunya. "Udah bangun hem?" tanya Seina. Tanganya dia rentangkan untuk memeluk Ares gemas.
"Uh sayangnya Mama," gumam Seina menciumi pipi gembul Ares. Sedangkan balita itu masih setengah sadar, jadi hanya diam saja saat Seina mengunyel-unyel pipinya.
"Apaa?"
"Papa?" ulang Seina. "Ya Allah ni bocah. Bangun tidur bukanya sayang Mamanya malah nyari Papanya yang selingkuh." Ceplos Seina yang membuat Ares menganga karena bingung.
"Seying?"
"Selingkuh," koreksi Seina. Saat sadar dengan ucapanya yang tidak-tidak, Seina tersenyum. "Nggak deh, Papa kamu anak baik, anak ganteng."
Meski muak mengucapkan kalimat itu, Seina hanya ingin Ares melihat sisi lain dari Allard. Balita itu juga lagian tak boleh mengerti pertengkaran Seina dan Allard.
"Kaya Ales, kan?" Ares sudah narsis dengan kedua tangan menyangga dagu, tersenyum menggoda kearah Seina.
"Ajaran siapa coba?" tawa Seina melihat ekspresi Ares.
"Kata Appa, Ales ganteng, Ales kaya, Ales-"
"Suuuttt jangan narsis narsis, malu. Kamu itu anak Mama. Jadi kamu miskin," ujar Seina tersenyum geli. Tapi memang benar, dia miskin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Novela JuvenilNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...