Ares balik
****
"AAAAA!!!"
"ARESSS!!"
BRAAKK!!
"LO KENAPA MASUK ANYING!!"
Seina langsung membalikkan tubuhnya dengan menutup wajah yang memerah malu. Sedangkan Allard yang memegang gayung masih melongo. Ditambah Ares yang duduk di bak mandi yang penuh air.
"Untung gue udah make anduk, kalau enggak gimana coba?!" teriak Allard kesal.
"Yaa lagian Ares kenapa teriak sih! Kan khawatir!!" Seina langsung lari keluar dari kamar Allard setelah itu juga. Suara gebrakan pintu yang cukup kencang membuat Allard terkekeh. Lagian main masuk kamar mandi seenak hati.
Allard menunduk ke bawah saat Ares ikutan tertawa. Balita itu memegang gayung kecil dan mengguyurkan ke badanya.
"Udah, ntar masuk angin." Allard mengambil handuk kecil miliknya, lalu mengusap rambutnya yang basah. Setelah itu mengambil handuk satunya lagi, berjongkok tepat didepan Ares.
"Hooaaammmm!"
"Nggak gitu juga Res," ujar Allard sambil terkekeh saat Ares membuka lebar lebar mulutnya untuk menguap agar angin masuk ke mulutnya.
"Apaa, Ales mau ebek-ebek," ujar Ares sambil tertawa.
"Hah ebek?" tanya Allard sambil membantu Ares berdiri.
"Bebek." Tekan Ares. Hal itu membuat Allard mengernyit bingung.
"Lah itu bisa ngomong Bebek kenapa ebek-ebek segala sih." Allard membalut tubuh Ares menggunakan handuk. Kemudian menggendong balita itu untuk keluar kamar mandi.
"Bial kelen," ujar Ares sambil mengacungkan jempolnya. Tapi malah jari telunjuk ikut aktif, membuat Allard tertawa.
"Duduk sini dulu. Papa mau ganti baju." Setelah mendudukkan Ares di kasur. Allard berjalan ke pintu kamar. Mengunci pintu itu takut jika Seina masuk lagi. Bahaya.
Setelah mengganti bajunya. Allard berjalan menghampiri Ares yang tertidur diatas kasur. Cowok itu mengacak-acak tas kecil Ares yang dia bawa dari Bu Desi, juga ada beberapa perlengkapan Ares yang tertinggal di apartemennya. Seperti minyak atau bedak dan beberapa baju.
"Pakai bedak sini," ujar Allard menempatkan Ares agar tepat duduknya.
"Inyak," ujar Ares menunjuk minyak di tangan kiri Allard.
"Oh minyak dulu?" tanya Allard. Pasalnya Allard tak pernah menggantikan baju Ares. Lagipula pertemuanya dengan balita itu juga baru terhitung 1 bulan lebih. Semua tugas Ares, Seina yang menanggungnya. Jika dia menganggu maka Seina akan marah besar. Dimata Seina, Allard hanya mengacaukan saja.
Melihat Ares mengangguk membuat laki-laki itu menuangkan minyak ke tanganya. Kemudian membalurkanya ke perut Ares. Balita itu langsung menjatuhkan tubuhnya dengan tertawa.
"Celana dulu apa pempes dulu?" tanya Allard. Cowok itu mengernyit. "Kok gue bego ya?" gumamnya lalu memakaikan pempes ke kaki Ares. Allard mengambil bedak, membalurkanya ke tubuh dan muka Ares hingga balita itu terbatuk.
"Eh gak papa?" tanya Allard heboh. Cowok itu meringis kala wajah dan dada sampai perut Ares tertutupi bedak. Balita itu berkedip berkali-kali mencoba menghilangkan bedak yang sedikit mengenai matanya. Allard langsung sigap mengusap bagian bawah mata Ares. Lalu tertawa saat melihat balita itu tertawa.
"Bentar. Tak cariin baju dulu." Allard bergerak mundur, menghampiri lemari miliknya.
Ares mengangguk. Tubuhnya hanya terpakai pampers. Balita itu menggapai wadah bedak yang berada diatas kasur. Membuat Allard yang melirik kearah Ares lalu berdecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...