8. Kisah Ares

77.7K 11.8K 4.4K
                                    


Yang nungguin updatee?!

_ _ _

.
.
.

Allard menghembuskan nafas pelan. Ia turun dari motor, mengambil alih Ares dari gendongan Seina yang duduk di jok belakang. Kemudian bergerak masuk ke kantor polisi yang diikuti Seina dari belakang.

Seina tersenyum  kecut. Ini bukan hidupnya, dia bukan Seina yang kembali membantu Bu Desi dalam melaksanakan usahanya. Bukan juga Seina yang membantu Mbak Ratna menjualkan baju online.

Tapi sekarang dia malah terjebak bersama dua orang itu. Seina tak bisa mendeskripsikan rasanya. Yang berarti, dia tak punya rasa keberatan jika hidup seperti ini. Tapi rasanya masih aneh.

Seina itu gampang. Akan bersikap baik terhadap semua orang yang bersikap baik padanya. Hidup bertiga seperti ini malah membuat Seina geli. Ini mereka siapa sih? Dia siapa? Kenapa bisa sedeket ini?

"Sei! Cepet!"

Seina mendengus keras menatap Allard yang berdiri jauh didepanya. Dengan sedikit berlari, gadis itu kini sudah sampai didepan Allard yang disambut tawa Ares.

"Amma eyet," celetuk Ares membuat Allard tertawa.

"Hah?" Seina melongo. "Eyet apaan sih?" tanyanya pada Allard bingung.

"Lelet bego," ujar Allard terkekeh menarik tangan Seina. Gadis itu sendiri malah sudah misuh misuh tak jelas ditempatnya.

Emang, bener ucapan Seina. Ares itu harus segera dijauhkan dari Allard. Allard itu seperti virus bakteri yang meracuni otak Ares. Mana ada anak kecil udah diajari sombong, anak kecil ngomong kaya gitu. Pokokknya Allard salah.

"Pak Allard?" tanya salah satu Polisi disana.

Allard hanya mengangguk. Berbeda dengan Seina yang sudah ngakak. "Bapack bapack," goda Seina membuat Allard membekap mulut Seina sebal.

"Duduk,"

Mereka duduk berhadapan dengan polisi yang memang menangani kasus Allard tentang Ares kemaren. Ares digendongan Allard juga sudah heboh berceloteh panjang lebar yang hanya ditanggapi oleh Seina, Allard sendiri masih fokus terhadap polisi didepanya.

"Gini, CCTV  disana mengalami kerusakan. Saya tau itu saat bertanya pada satpam dan penjaga sekitar. Belum sempat diperbaiki. Dan Bapak juga tak meninggalkan ciri-ciri seperti foto pelaku ataupun plat mobil pelaku," jelas Polisi itu membuat Allard terdiam.

"Nggak ada bukti Pak? Atau yang bisa Bapak temukan beberapa hari ini?" tanya Allard sedikit berharap.

Polisi itu menghela nafas pelan. "Untuk saat ini saya hanya menemukan bukti, barang yang  sepertinya tertinggal atau memang dibuang,"

Allard dan Seina mengernyit. "Apa?" tanya Seina mulai serius.

Polisi itu berdiri. Terlihat mencari sesuatu, kemudian kembali dengan membawa tas kecil yang terlihat sudah banyak  debu dan sedikit sobekan.

"Kita belum memastikan. Ini memang salah satu barang dari mereka atau bukan. Jad—"

"UNYAAA ALLESSS!!! APAK CULI!!" teriak Ares kencang ingin menggapai tas yang dipegang  Polisi tadi.

Allard tersenyum,  walaupun ngumpat dalam hati. Nama baiknya ilang ini, nuduh Pak Polisi nyolong lagi. Astaga, anaknya Seina mah gitu.

Tas itu kini berada ditangan Ares yang langsung dipeluk Balita itu senang.

"Isinya?" tanya Seina memastikan.

Polisi terdiam. "Hanya beberapa kertas, dan alat tulis lainya. Juga botol susu dan tempat makan yang sudah kosong," jelas Polisi tadi.

Our Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang