Mohon maaf lahir dan batin. Maaf jika ada kesalahan baik disengaja atau tidak yaa❤
Jam berapa kalian baca ini?
*****
Memang dari perkataan Allard kemarin, Seina menyimpulkan bahwa cowok itu tidak marah. Tapi melihat sikap Allard pagi ini membuat pemikiran Seina berubah. Mungkin Allard memang tak lagi marah padanya, tapi sikap Allard yang berbeda menjadikan Seina bingung. Allard sedang banyak masalah kah?
"Sei! Lo dengerin gue gak sih?!"
"Hah?" Seina menoleh dengan linglung. Gadis itu nyengir menagap Dira yang berada disampingnya. "Sorry, hehe. Lo cerita apa? Erlan? Gimana tuh cowok?"
"Ya gitu si, lo lagi ada masalah ya?" tanya Dira menatap Seina serius.
"Nggaklah, yakali gue punya masalah."
"Idih," ujar Dira, gadis itu bangkit dari duduknya. "Gue mau masuk ke kelas, ayo ikut." Dira menunjuk kelas dibelakangnya.
Seina masih duduk dibangku depan kelas menggeleng. "Gak ah, gue mau ke kantin. Jam istirahat ini," ujar Seina mulai bangkit berdiri.
"Ditemenin gak?" tawar Dira.
"Gak usah, masuk aja ke kelas sono!"
Seina berjalan menyusuri koridor menuju kantin. Jam istirahat masih berlangsung. Saat sampai dipintu kantin, pandangan gadis itu menelisik ke seluruh arah.
"Lintang!" Seina berlari kecil menghampiri meja yang diduduki oleh Lintang, Andra, Rio dan Naresh. Saat sudah sampai didepan mereka, Seina menoleh lagi. Tak ada Allard dan Erlan disini.
"Naon?" tanya Lintang.
"Allard mana?" tanya Seina langsung.
"Dikelas," jawab Andra menanggapi.
"Ohh, yaudah. Makasih ya.."
"Sini aja duduk, gak usah mikirin Allard mulu," ujar Rio menepuk bangku sebelahnya yang kosong.
"Gak enak sama orang julid," bisik Seina pada mereka sambil melirik beberapa siswa yang kini menatap tajam padanya.
Setelah mengatakan itu, Seina menuju bangku paling pojok. Tak ada yang menempati, gadis itu memainkan ponselnya sebelum suara gerakan orang duduk mengalihkan perhatianya.
"Allard kenapa emang?"
Seina mengedikkan bahu pertanda tak tau. Gadis itu menatap Lintang seraya menggeleng. "Gak tau tiba-tiba jadi pendiem banget kan bukan Allard banget." Gadis itu awalnya sedikit kaget kala Lintang pindah tempat duduk menjadi satu meja denganya.
"Lo gak buat salah?"
"Salah apa?"
"Jalan sama Candra?" tanya Lintang lebih menjerumus ke pernyataan yang sudah ia ketahui.
"Kok lo tau?!" kaget Seina.
"Gue kan cenayang," balas Lintang santai.
"Alah gaya lu."
"Denger, gue itu bisa baca pikiran lo. Bisa tau lo setiap hari ngapain. Keren kan? Ini hasil gue pergi ke dukun anying!" ujar Lintang tak terima sambil mengambil gelas es teh yang tadi dibawanya.
"Lo tau gue pas mandi dong?!" syok Seina.
"Uhuk!"
"Anjing," gumam Lintang saat menatap sekeliling, banyak orang yang menatap mereka berdua heran kali ini.
"Bercanda sat, masa iya. Heh, jangan malu-maluin gue anying!" Lintang menabok keras bahu Seina.
Gadis itu hanya tertawa. Matanya menatap Lintang yang kembali minum dengan tenang. "Allard lagi ada maaalah ya?" tanyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...