"Kenapa hem?"
Allard menoleh pada Seina yang hanya diam menyandarkan tubuhnya dijok mobil sambil memangku Ares yang tertidur pulas. Biasanya mereka tak akan sesunyi ini jika berdua. Ada saja yang selalu dibicarakan. Apalagi Seina, gadis itu selalu bercerita apapun tentang keseharianya. Meskipun tidak penting.
Tapi sore ini setelah pulang dari rumahnya, Seina hanya diam memperhatikan jalanan luar. Jika dia ajak bicara juga pasti cuma iya iya aja.
"Gapapa, ngantuk aja," ujar Seina berbohong. Allard tak tau bahwa Bagas menemuinya. Dia juga enggan memberi tau, jika dia tau pasti akan bertengkar lagi dengan Papanya.
Allard menaikkan satu alisnya bingung. Satu tangan cowok itu bergerak mengelus rambut Seina lembut. "Tidur aja, nanti gue gendong kalau sampai rumah."
"Lard gue mau ngomong," ujar Seina spontan.
"Apa?"
Seina berkali-kali menghela nafas. Gadis itu menatap wajah Allard dari samping lama. Meskipun kelihatanya baik-baik saja, Allard tetap sakit hati dengan kelakuan keluarganya. Dia tau itu.
"Mama lo baik, gue suka. Namanya siapa? Riana kan?" tanya Seina mengubah raut wajahnya kembali riang. Gadis itu tersenyum lebar.
"Kenapa? Lo pengen ketemu lagi sama dia?"
Seina diam. "Enggak."
Allard tersenyum pelan melihat raut wajah gadis itu. "Lo gak pernah bisa bohong dari gue Sei. Kalau ada masalah bilang. Oke?"
*****
"KAMU TAU APA TENTANG KELUARGA SAYA HAH?!!"
Allard terbatuk, mengeluarkan sedikit darah. Luka lebam terdapat diwajah cowok itu. Allard mencoba bangkit setelah mendapat pukulan keras dari Rico, Papa Clarisaa.
"Kenapa?" ujar Allard menantang, cowok itu meludah tepat disamping Rico.
"SIAPA SEINA? DAN APA YANG KAMU BILANG KE CLARISAA TENTANG ITU?!"
Allard terkekeh. Merasa sakit dipukul berkali-kali. "Kenapa peduli. Udahlah, urus aja Clarisaaa sama Mamanya. Gak usah ganggu mantan istri anda lagi. Apalagi anaknya."
Rico berdecih. "Saya memang mau balikan dengan mantan istri saya. Apa itu mengganggu? Kalaupun anak itu ada lagi, dia yang harusnya jadi penganggu."
Cowok itu memejamkan matanya menahan emosi yang menggebu. Masalah dulu saja Seina sudah benar-benar ingin melupakan ayahnya, bagaimana jika dia mendengar cacian untuknya ini.
"Kenapa?" tanya Allard pelan.
"Kenapa? Dia pembawa sial!" teriak Rico keras.
Ya Tuhan. Kenapa seorang ayah yang dia temui didunia ini mempunyai sifat yang sama? Papanya, Papa Erlan, dan sekarang Ayah Seina.
"Bawa aja tante Sahirah pergi, gak usah usik Seina," ceplos Allard. Penyesalan masih ada dalam dirinya saat membawa Mama Seina kesini dan malah mendatangkan masalah. Meski dia tau penyebab awal adalah Rico, tapi dia sangat susah meredam rasa kesalnya untuk ini.
Rico diam. Pria paruh baya itu menahan sesak didadanya yang menggebu. Entah memiliki rasa bersalah atau tidak. Hatinya tetap mengatakan bahwa itu adalah anak gadisnya. Tapi pikiranya selalu menolak, sejak masih kecil dia selalu menganggap Seina sebagai benalu. Keluarga mereka hanya keluarga miskin, dan anak itu lahir disaat-saat yang tidak diharapkan.
Sampai pertengkaran besar dengan Sahirah membuatnya bercerai dan diam diam membawa Seina pergi. Dia takut Sahirah tak bisa menanggung beban anak ini. Akhir yang menyakitkan untuk Seina yang memang sudah direncanakan Rico sebelumnya, meninggalkan bocah itu sendiri dijalanan. Mencari wanita lain dan benar-benar bergerak melupakan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Fiksi RemajaNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...