Baca jam berapa nih? Koreksi typo ya!
****
Allard membuang tasnya ke segala arah dengan kasar. Hal itu membuat suasana menjadi hening hingga canggung beberapa saat. Dari wajah Allard, cowok itu tampak emosi. Bisa tidak sih Papanya tidak membuat masalah lagi dan lagi?
"Ah, Clarisaa kan udah lama jadi teman kamu. Apa salahnya ngundang kerumah kita kan."
"Kenapa nyuruh gue pulang?" tanya Allard tanpa menghiraukan ucapan Papanya.
"Kamu masih bagian dari rumah Lard, kamu pikir?" ujar Bagas menatap Allard tajam mengancam.
"Udah Lard," ujar Riana, Mama Aurel menengahi.
Allard menatap wajah Papanya lama, cowok itu tersenyum tipis mengejek. "Oke," ujar Allard sambil menghela nafas. Cowok itu duduk tanpa disuruh sambil tersenyum manis ke Clarisaa.
"Jadi, Clarisaa. Ada apa lo kesini? Lo kan bukan bagian dari keluarga gue." Allard menyilakan tanganya sambil menyandarkan tubuh di kursi. Menatap melihat Clarisaa yang tampak canggung saat Allard hadir.
Bukan Clarisaa jika tak bisa merubah suasana secara langsung. Gadis itu tersenyum cerah. "Papa lo ngundang gue karena udah lama gak main kesini."
Bagas tertawa, pria itu menepuk bahu Allard bersahabat. "Kalian kan dekat udah lama. Emang aneh kalau Papa ngundang Clarisaa kesini?"
Allard mengernyit. Dia tak asing lagi dengan sikap Papanya yang sangat ramah ketika mereka berbicara dengan orang lain. Seperti rekan bisnis, atau beberapa teman Papanya. Meski hubungan mereka tak baik, Allard tetap menjadi orang yang diandalkan dalam keluarga.
"Oh ya, ujian tinggal beberapa bulan lagi. Lo mau nerusin dimana kak?" Tanya Aurel pada Clarisaa.
"Ah, univ mana aja terserah sih."
"Allard kayaknya kalau nggak di London, paling juga di Amerika." Sahut Aurel, Allard yang jadi bahan perbincangan hanya diam.
Wajah Clarisaa tampak kaget. Gadis itu melirik Allard. "Serius? Jadi pengen kuliah bareng Allard hahaha…"
"Coba daftar aja. Pasti keterima, kamu kan pintar. Sama aja kaya Rico, nggak ada duanya." Bagas tersenyum memberikan respon positif.
Allard yang semula diam kembali melirik Clarisaa saat mendengar nama Rico. Cowok itu tersenyum miring menatap Clarisaa yang langsung tampak canggung.
"Eh, Om Rico itu Papa tiri lo kan?" Pertanyaan yang tidak sopan jika dilakukan. Tapi Allard menatap Clarisaa penuh makna.
"Kak Allard apaan sih!" sentak Aurel merasa tak enak.
"Oh lupa, mau cerai kan ya," ujar Allard santai.
"ALLARD!" sentak Bagas berusaha menghentikan pernyataan tak sopan Allard.
"Nggak Papa kok Om, emang gitu kan kondisinya," ujar Clarisaa tersenyum lembut menengahi pertengkaran Allard dan keluarganya. Berbeda, tangan Clarisaa terkepal berusaha tak terpancing emosi.
"Maaf," ujar Allard.
"Eh cerainya kenapa Sa? Karena Papa lo selingkuh?" Allard kembali melemparkan ucapan memojokkan untuk Clarisaa. "Ah, kayaknya karena ketemu istri lamanya. Iya kan Rel?" ujar Allard pada Aurel yang masih bungkam. Gadis itu juga pasti sangat tau permasalahan antara Clarisaa dan Seina sampai permintamaafan Clarisaa tadi.
"Kak Allard jangan gitu," ujar Aurel mencoba menghentikan Allard. Dia tau Allard merasa emosi karena kehadiran Clarisaa. Tapi ini terlalu memalukan Clarisaa didepan keluarga mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Fiksi RemajaNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...