Jam berapa bacanya?
****
"ARGH!"
"Anjing, babi, monyet, setan lo!"
Andra langsung menoyor kepala Lintang keras. Kakinya yang menginjak kaki Lintang diangkat. Heran, cuma keinjak sedikit saja sudah mengumpat banyak.
"Heh, ini lagi di panti asuhan malah ngumpat panjang kaya gitu!" Rio menggeplak tubuh Lintang membuat cowok itu sebal. Kan yang salah Andra, kenapa dia yang jadi korban tabokan terus-menerus sih.
"Eh lihat Erlan coba," bisik Lintang.
Mereka bertiga mulai melihat kearah Erlan yang sedang menemani anak kecil bermain. Sesekali tersenyum dan tertawa membuat mereka bergidik ngeri.
"Foto njir, nanti dijual ke Dira," ujar Andra ngaco. "Kan lumayan, si Dira pasti bakal meleyot lihat dia senyum kaya gitu. Apalagi akhir-akhir ini mereka marahan mulu."
Lintang mengangguk. Mulai memfoto Lintang dengan banyak jepretan. Terutama saat laki-laki itu tersenyum.
"Bagi-bagi duitnya njirr!" ujar Rio sambil tersenyum cerah.
Naresh yang sedari tadi ada dibelakang mereka menggeleng miris. "Stres," ujarnya membuat muka ketiganya langsung masam.
"OM LILIIINNNNNN!!!"
Lintang menutup kupingnya merasa pengang dengan teriakan Ares. Dapat mereka lihat Ares yang berlari membawa mobil-mobilanya kearah Lintang dan Allard yang mengikuti dengan jalan santai. Dipundaknya tersambil jaket milik Ares, cowok itu jalan dengan wajah datarnya.
"Ey, Bocilll!!" balas Lintang menyodorkan tanganya untuk melakukan tos bersama Ares.
"Makananya udah dibagiin?" tanya Naresh pada Ares.
Ares mengangguk dengan girang. "Uda, sama Ammaa, Nenek, telus Nenek."
Mereka hanya mengangguk karena paham, Nenek pertama adalah Mama Seina, dan selanjutnya Bu Desi, pengurus panti ini.
"Rrrrrrrrr," goda Andra pada Ares yang tak bisa mengucapkan huruf r dengan jelas.
"L!" Ares langsung cemberut saat tidak bisa mengikuti ucapan Andra.
Cowok itu tertawa ngakak. "RRRRRRR!" jelas Andra makin menjadi-jadi.
"AAAAA AJAAATTTT!" Ares memukulkan mobil-mobilan yang dipegangnya ke kaki Andra membuat cowok itu mengaduh.
"Nggak nggak, Om Andra belum buang hajat hari ini."
"Jahat blok!" ujar Allard kesal saat Andra gagal paham dengan ucapan Ares.
"Ey, si goblok goblok emang," ujar Lintang ikut-ikutan mencaci.
"Ada anak kecil."
Lintang menaikkan satu alisnya. "Mana?"
Naresh langsung menoyor kepala Lintang. Kemudian menarik kepala cowok itu untuk melihat area bawah. Terdapat Ares yang nyengir dengan gigi mungilnya.
"Lah iya, gue sering lupa anjir. Si Ares bawel banget sih. Jadi nggak berasa bayinya." Lintang tertawa. Lagian kalau sama dia, Ares kebanyakan ngegas. Bukan imut seperti bocah-bocah pada umumnya. Mungkin ini karena setiap hari Ares bergabung dengan Allard dan Seina.
"Yok Bos, kita main!" ujar Lintang pada Ares.
"ALLARD MAKAN DULUU!!"
Wajah Seina muncul dari pintu panti asuhan. Gadis itu juga menyuruh anak-anak yang masih bermain untuk masuk makan siang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...