Absen duluu!Biar lebih nge feel, baca part 57 dulu ya! Baca pelan pelan karena ini part panjang!
Karena ini ending, ayo komen yang banyaaak
***
Rahang Bagas mengeras. Tatapanya setajam elang dengan emosi yang sangat menggebu. Matanya tampak berkaca-kaca menahan marah yang hadir. Menatap Riana yang menangis tersedu-sedu hingga berlutut padanya.
"Aku selama ini diam. Hubungan kamu sama Allard yang rusak, kamu yang nggak bisa didik Allard dengan baik, aku diam!"
"Haaahh.." Bagas mengambil nafas banyak, pria itu benar-benar tak bisa percaya kejadian ini.
Riana menangis, bersimpuh langsung dihadapan Bagas sambil selalu mengucapkan kata maaf.
"Setelah keputusan hukum hadir, Aku hanya akan bawa Aurel. Mungkin kamu akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, atau bahkan hukuman mati." Rasanya sakit dan lidahnya kelu saat membicarakan hal itu pada istrinya sendiri.
"Tolong, jaga Aurel.. dia mungkin akan benci aku."
Bagas menghela nafas. Dia tak mungkin melupakan kejadian itu. Pria itu menatap robekan kertas yang berserakan di ruang tamu. Berkas pendaftaran kuliah serta tiket pesawat ke Amerika menjadi korban emosi Allard kali ini. Dia yakin sekali, bagaimana bisa Allard merobek hal berharga itu?
Keadaan rumah ini menjadi sepi. Allard tak pernah pulang keculai ada urusan padanya. Aurel juga lebih memilih tinggal diapartemen. Keluarganya perlahan-lahan hancur berantakan.
****
"Kenapa emang, kok nggak balikan?"
Seina diam, memikirkan perkataan Dira barusan. "Gak tau," ujar Seina pelan. Otaknya memutar kejadian 4 bulan lalu.
Ya 4 bulan. Banyak hal-hal yang terjadi diantara mereka berdua selama ini. Putus, renggang, sampai bagian dimana mereka harus berpisah dengan Ares hingga ikut sidang pengadilan Rania.
"Emang apa yang Allard katain sama lo waktu putus?" tanya Dira heran. Memangnya Allard tipe orang yang seperti itu? Agak kaget saat tau bahwa mereka berdua putus hubungan. Apalagi perkara hubungan mereka yang jauh lebih aman dan tentram dibanding perkara hidup mereka yang lainya.
"Jangan cari gue, gitu?" ujar Seina. "Gue pikir, Allard emang mau putus, dalam artian gak ada hubungan lagi gitu. Jadi, gue gak berani ngusik dia lagi." Seina mendesah pelan.
Dalam pikiranya, dia juga mau menanyakan apakah masalah Allard dan Bagas sudah selesai, atau tentang kuliah Allard, itu langsung pupus saat kembali mengingat perkataan Allard waktu itu. Seina tak berani melangkah, tapi Allard juga tetap diam.
"Gitu, SERIIUS ANJIRR?!" Dira berteriak keras. Sehingga orang-orang dikantin bergerak menatap mereka berdua dengan tatapan heran. "Ehem, gue lupa. Gosip kalian berdua putus kan udah meluas, jadi pasti lo lagi digibahin ama banyak orang sekarang."
Seina menggeleng, gadis itu bergerak meminum es teh miliknya. "Udah empat bulan lalu, Dir.."
Tentang Ares. Balita itu dirujuk ke salah satu panti auhan dipusat kota, yang masih tersambung langsung dengan kepolisian. Rasa menyesal masih ada, besar. Melihat Ares yang selalu menangis tidak mau berpisah saat Seina menjenguk balita itu.
Apalagi Seina yang sama sekali tak bisa mengambil langsung hak asuh Ares setelah Bagas menolak Ares dalam keluarganya 4 bulan yang lalu kepada kepolisian. Seina mengajukan hak, yang langsung ditolak dengan beberapa alasan.
Salah satunya ekonomi.
Sejak itu, Seina hanya bisa menjenguk Ares setiap hari Minggu. Dan menghabiskan waktu bersama berdua. Berbeda dengan Allard. Saat Seina bertanya tentang Allard pada Ares, balita itu mengungkapkan bahwa Allard tak pernah menjenguknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...