56. Kecewa

26K 4.7K 1.5K
                                    

Ada yg udah sekolah offline? Jam berapa bacanya?

Koreksi typo ya!

****

"Selamat siang Pak Allard."

Allard merasakan kepalanya yang sangat pusing. Pandanganya mengabur, sebelum beberapa menit kemudian semuanya tampak jelas. Dinding bercat putih sangat khas dengan rumah sakit. Tatapan Allard langsung menuju kearah polisi yang berdiri di samoing ranjang rumah sakitnya.

Cowok itu diam sebentar, mengingat kejadian demi kejadian besar yang baru saja ia alami.

"Seina? Ares? Pelaku?" tanya Allard langsung. Cowok itu berusaha untuk bangkit dari posisi tidurnya.

"Ares hanya mendapat luka ringan. Sedangkan Bu Seina masih dalam pemeriksaan. Kami juga sudah menghubungi keluarga Seina, Bu Sahirah dan Bu Desi."

Tatapan Allard langsung menajam. Dari raut wajahnya, tampak Allard kaget. "Pemeriksaan? Kejadian kecelakaan saya ingat jam sebelas siang loh Pak!"

"Dan ini?" Allard menatap sekeliling dinding, menunjukkan pukul 2 siang. "Jam 2?" tanya Allard dengan nada kasar. Takut jika luka Seina sangat parah.

Polisi tadi menatap Allard maklum. "Seina mengalami patah tulang dibagian kakinya. Dokter bilang, Seina juga harus mendapat beberapa jahitan di area tangan. Secara keseluruhan, luka Seina masih bisa ditangani dan tak akan berdampak parah."

"Bisa saya ketemu?"

"Ah, untuk saat ini belum bisa Pak Allard. Kami memiliki urusan lain bersama Pak Allard."

Allard membuang muka. Demi Tuhan, Allard masih takut jika terjadi apa-apa dengan Seina dan Ares pasca kecelakaan tadi. Apalagi dengan plat mobil yang sama dengan seseorang yang ditetapkan sebagai buronan. Sudah pasti ini salah satu hal yang terencana.

"Ponsel anda, dan milik Seina. Keluarganya akan datang sebentar lagi. Dan Pak Allard apa bisa ikut dengan kami?"

Mau tak mau, Allard menyanggupi ucapan polisi. Lagipula dia tak akan bisa menolak ajakan orang penting seperti mereka. Allard menerima 2 ponsel yang disodorkan oleh polisi paruh baya itu. Ponselnya masih bagus, mungkin karena posisinya tak terlalu membahayakan. Sedangkan layar ponsel Seina retak, terdapat goresan-goresan kecil yang hadir.

Cowok itu berjalan keluar ruangan mengikuti arah jalan Polisi yang membimbing. 

"Pelaku sudah berhasil kami tangkap."

Allard yang awalnya diam menatap polisi dengan serius. 

"Kondisinya cukup parah. Dia harus mendapat perawatan dahulu sebelum masuk ke jalur hukum. Kami juga masih menyelidiki beberapa orang yang kabur ke luar kota. Itu akan mudah karena Bos mereka sudah tertangkap."

Mereka berdua masih berjalan di lorong rumah sakit. Allard yakin, pria ini akan membawanya untuk melihat pelaku yang dimaksud.

"Soal hukum?" tanya Allard setelah lama bungkam.

"Kami akan memberitahunya setelah proses berjalan. Itu cukup berat, jual beli manusia, penculikan terhadap anak, kekerasan, serta masalah baru yang ditimbulkan. Pembunuhan berencana terbadap Seina dan Ares."

Allard kembali diam, semakin dia melangkah. Rasanya semakin berat. Seperti sesuatu mengganjal di ulu hatinya. Percakapan yang dijelaskan juga hanya sampai sini. Mereka sampai didepan salah satu ruang inap dirumah sakit. 2 polisi menjaga didepan pintu.

"Mari."

Allard mengangguk. Saat memasuki ruangan, bau obat-obatan langsung menyengat. Sepertinya memang benar bahwa dia mendapat luka lebih parah dari Seina. 

Our Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang