Yang nungguin updatee tapi nggak update update? Hehe.
.
..
"Jangan nakal lagi oke? Papa bakalan marah kalau Ares nakal,"
Ares yang tau maksud Allard bibirnya melengkung kebawah. Ia tadi hanya merebut mainan milik Ghani, tapi Ghani malah menangis keras. Bertepatan juga dengan Allard yang datang dari rumah Seina untuk menjemputnya, maka dari itu Allard langsung marah-marah seperti ini pada Ares.
"Ales nda sengaja, Ales au kaya Ghani," cicit Ares takut-takut. Balita itu memeluk leher Allard seiring perjalanan mereka kerumah Mamanya itu.
"Minta sama Papa dong." balas Allard sedikit kesal. Mengecup pipi Ares singkat. "Apasih yang nggak diturutin? Cuma mobil-mobilan kek gitu. Mau berapa? Satu kardus? Satu truk? Papa jabanin. Kek orang susah," ujar Allard.
Ares yang notabenya paham tak paham hanya mengerjap tapi langsung mengangguk semangat. "Atu tluk!" pintanya polos.
Kalau punya satu truk bisa ngalahin Ghani kan?
Allard hanya mengangguk menanggapi. Saat sudah sampai di depan rumah Seina, cowok itu tetep tak peduli dengan tatapan tajam tetangga Seina. Kalau Allard mah dipelototin balik.
Cowok itu membuka rumah Seina yang langsung mengelus dada sabar saat sampai didalamnya.
PRANNG!!
PRANG!! TANG TANG!!
DUK!!
TANG!
"GABUT BANGET JADI ORANG!! Dari tadi gue pergi ampe sekarang nggak kelar-kelar ngamuknya." teriak Allard yang dibalas lemparan panci oleh Seina. Untung Ares udah turun dari gendongan Allard.
"Ama amuk, telus!" ujar Ares girang tak tau apa-apa. Balita itu memilih menonton televisi daripada menyaksikan perdebatan dua anak manusia itu.
"Apa sih Sei!" balas Allard tak suka. Cowok itu menatap sekeliling yang ruanganya bak kapal pecah sekarang.
Seina mencak-mencak ditempatnya. "Gue dilabrak pacar lo Allaaardd!!" teriak Seina gregetan.
Memang benar, tak ada angin tak ada hujan Rinda tiba-tiba melabraknya saat dia masih dikelas sendirian menyelesaikan tugas tadi. Jauhin Allard lah, nggak cocok buat Allard lah, junior belagu lah, panas kuping Seina. Dan itu hanya karena drama dadakan dia dan Allard dikantin.
Allard menganga. "Eh, kenapa gak bilang Sei?" tanya Allard bingung. Padahal dalam hati sudah ngakak, dia sudah yakin itu. Makanya tadi Allard menumbalkan Seina, karena Allard yakin gadis itu tak akan mewek-mewek saat dibully Rinda. Walaupun harus ngamuk dirumah kaya gini sih.
Tatapan Seina menggelap, antara harus sabar dan menerjang Allard sekarang. "LO DARI TADI NGOMELIN GUE MULU!! KAPAN BISA NGADUNYA ALLAARD??!"
"Lah lo daritadi ngamuk mulu, apa-apa dibanting. Gimana gue gak gedeg coba," balas Allard cuek. Tanganya menunjuk kearah barang-barang yang berserakan. "Noh! Lo yang buang lo yang pungut lagi nanti. Beresin gih!"
Seina membuang wajah kesal, kemudian mendongak menatap mata Allard tajam. "Ya elo lah! Lo yang bikin gue emosi," balas Seina kesal.
"Lah rumah siapa juga," cibir Allard cuek. Cowok itu duduk dikursi menatap Ares yang kini sudah tiduran dikasur yang memang berada didepan televisi sambil nonton kartun.
Seina tersenyum miring. "Rumah siapa Lard?"
"Rumah lo lah!" balas Allard spontan.
"Terus ngapain lo kerumah gue? Ada urusan? Cuma numpang? Najis, kaya kaya kok numpang ke yang miskin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...