16. Clarisaa

62.4K 9.6K 3.3K
                                    

Yang nunggu?

****

"Beneran 'kan?! Lo mah cuma tipu-tipu sama si Sei," ujar Rio menggebrak meja membuat Allard mendengus.

"Hm."

Lintang terkekeh, dedek gemesnyaa.. Cowok itu kemudian menatap Allard serius. "Jangan mainin perasaan cewek Lard, kalau udah baper nanti dia yang sakit hati. Jangan jadi brengsek, kaya ono noh!"

Mata Lintang menajam melirik Erlan yang sedari tadi bermain ponsel. Erlan yang paham langsung berdecak keras. "Kata siapa gue mainin Diraa?" tanyanya datar.

"Halah, bacot kamu Mas."

Erlan menggeram tertahan. Allard yang melihatnya hanya tersenyum sinis, hubungannya dengan Erlan memang bisa dikatakan tak baik akhir-akhir ini.

"Bego, ngapain juga sama Aurel goblok." ujar Allard kasar.

Erlan tak menjawab membuat Allard melanjutkan ucapanya sendiri. "Aurel sama Shasa. Wow, adik lo sama anak siapa kaga tau gue. Dan lo perlakuin Shasa kasar, diusir, lo bentak juga. Sama Aurel yang notabenya bukan siapa-siapa lo, gitu dibelain. Edan, apalagi sampe bawa-bawa gue. Orang cuma gue sinisin doang belum gue geplak," balas Allard asal.

"Tipe-tipe mulut goblok ya gini. Eh, tapi ya Lard. Jangan mainin cewek."

Entah apa yang merasuki Lintang kali ini sehingga berbicara sebijak itu. Seolah tak sadar bahwa banyak cewek yang dipatahkan hatinya. Sok, ya gitu.

"Gue gak mainin Seina," balas Allard tenang. "Gue main berdua, sama-sama seneng sama-sama puass!!"

Mereka menganga sebelum sedetik kemudian terlonjak heboh.

"ALLAAARDDD!!! JANGAN PERAWANIN SEINA ANJENG!!!"

"YA ALLAH ALAARD, KASIAN JODOHNYA NTAR KALAU SEI UDAH GAK SEGEL BANGSATT!!"

"Anjir apaa—"

"TEGA LO LARD!!" Lintang memegang dadanya lebay, menggoncangkan tubuh Allard keras.

"Pikiran lo se—"

"GUE GAK BISA BERKATA-KATA LAGI."

Naresh menempeleng kepala Andra keras. "Itu lo ngomong sat!"

Andra nyenyir. "Drama ini, lo mah. YANG BARU PUTUS DIEM AJAA!!!"

"NARESH PUTUS?!!"

"YHAAA MAMPUS ANJIRR!!"

Naresh mencopot sepatu miliknya, melemparkanya kearah Rio membuat cowok itu ngakak diikuti ledekan lainya. Iya dia putus, gara-gara telfon sialan itu. Dan teman-temanya? Wow, teman yang baik sekali.

"Ck, nggak Allard, Erlan, Naresh, mainin aja teruss!! Ntar kita embat nangis bombay lo pada," ujar Lintang yang diangguki semangat oleh Andra dan Rio yang masih tertawa.

Allard mendengus. "Dia tau gue drama, jadi ya baik baik aja."

Mata Lintang memicing. "Opo iyooo? Halahhh. Bacot doang. Kalau drama kenapa bareng terus? Terus itu adiknya Sei kenapa manggil lo Bapak? Jadi bapak-bapak lo?"

Allard menggeram tertahan, menatap teman-temanya yang kini senyum penuh kemenangan. Selanjutnya menatap Lintang frustasi. Ni cowok sekalinya lemes kelewatan soalnya, batas sucinya ditabrak. Setan emang.

"Mulut lo pengin gue jontorin emang," balas Allard ketus.

Mereka tertawa ngakak, tenang di Lab Kimia. Sepi, tempat bolos kali ini. Berada diujung lorong dekat dengan kelas 10 membuat mereka tak takut jika ada yang menegur, kecuali guru. Mungkin.

Our Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang