Ajat: Jahat (Ya gitulah, namanya jg bocil)
Eyet: Lelet
Onyet: Monyet
—Ares.Yang nungguin?
Koreksi kalau ada typo!
***
"Kenapa Upin Ipin otak?"
"Habis cukur rambut," jawab Allard asal.
Seina yang sedang menyisiri Ares tertawa. Balita itu kini sudah lengkap dengan pakaianya, serta rambutnya yang sudah disisir rapi. Habis mandi dengan Seina dan Allard yang sudah lengkap memakai seragam sekolah.
"Cukul? Ales kok ndak?" tanya Ares berjalan kearah Allard.
"Mau botak? Kalau iya mah hayu."
Ares menatap Allard polos. "Sama Apa?"
"Apanya?" tanya Allard.
"Otaknya, anti lambut Apa otak," ujar Ares cengengesan lalu tertawa.
"Ya nggak lah. Kalau kamu botak, nanti jelek, gak masuk kaum Papa lagi," balas Allard sengit.
Wajah Ares semakin terlihat bingung. "Kaum apa?"
"Nih ya, yakali bapaknya ganteng punya anak kek tuyul, kan gak etis."
Duk!
"Akh! Ngapa si Sei," balas Allard mengelus keningnya yang terkena lemparan remote tv.
"Ngajarin anak tuh yang bener. Tuyul disebut-sebut," ujar Seina sinis mengambil handuk dan perlengkapan seperti bedak, minyak kayu putih, yang digunakan Ares untuk dikembalikan ke posisi semula.
"Lo dendam banget ama gue elah," balas Allard sewot.
"Ini yang dibilang anak-anak jutek? Dingin? Cuek?" cibir Seina.
Allard memutar bola matanya malas. "Masih mending kaga gue ketusin," ujar Allard.
"Mati aja lo!" teriak Seina kesal. Memakai kaus kaki dan sepatu miliknya.
"Nanti lo kangen, masa iya mau cari bapak baru buat Ares?" goda Allard. Matanya melirik Ares yang duduk anteng memegang gelas berisikan susu coklat.
"Cari aja," balas Seina tak kalah sengit.
"Boleh, tapi gue duluan mau cari Mak baru buat si tuyul. Yang kalem," ujar Allard mengusap rambut Ares lembut.
"Tuyul! Anak sendiri dinistain, kaga ada adab bener," balas Seina. Gadis itu berdiri berkacak pinggang menatap Allard. "Siapa Mak baru? Clarisaa?!"
"Menurut lo?" Allard memiringkan wajahnya menatap Seina yang kini sudah merengut tak suka.
Seina tertawa sumbang. "Iya, masih ada Clarisaa. Lupa gue," ujar Seina kemudian.
"Tuh tau lo," balas Allard sengaja. Tak ada jawaban dari Seina lagi membuat cowok itu terkekeh pelan, menatap Seina yang kini menyibukkan dirinya dengan tas sekolahan gadis itu.
"Lo kelihatan banget cemburunya, sumpah," ujar Allard menggoda Seina.
"Siapa yang cemburu?" gumam Seina menata buku-bukunya kedalam tas. Tak menghiraukan Allard yang kini membuatnya malu-semalu malunya.
"Itu, dari kemaren Clarisaa mulu."
"Canda, kaga ada Clarisaa," ujar Allard kemudian.
Seina menoleh, menatap tajam Allard yang kini tertawa menggoda. "Gak peduli lagian," balasnya ketus.
Allard hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Gengsi aja gedein, kaga dapet untung juga," cibirnya duduk anteng menatap Seina yang kini hendak menggendong Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Ficção AdolescenteNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...