Jam berapa bacanya?
Yang udah nunggu?
Btw, yang lupa atau pusing sama alur cerita disarankan membaca ulangg
*****
Allard menghentikan motornya didepan supermarket. Tak ada Seina didepan. Bukanya tadi Seina berkata bahwa dia hendak pergi ke parkiran? Gadis itu benar-benar membuat Allard pusing.
Cowok itu menghela nafas sebal lalu melepas helm yang terpasang dikepalanya untuk masuk. Dengan pakaian khas Allard yang terlihat santai, hanya kaos hitam polos dengan jaket kulit senada dengan jeans. Jam tangan hitam juga melingkar ditanganya.
Memasuki supermarket, tampak ramai orang berbelanja. Hal ini malah membuat rasa malas Allard semakin menjadi-jadi. Seina mengabaikan ucapanya, dan Allard harus mencari gadis itu diantara banyaknya orang yang berbelanja? Apalagi Allard yakin Seina masih bersama Candra sekarang.
"Ribetin banget tu anak," gumam Allard pelan. Matanya terus menjelajahi rak rak makanan.
"Eh astaga!!"
Tatapan mata Allard langsung tertuju pada salah satu titik. Cowok itu berjalan pelan sebelum selanjutnya berlari kecil. "Res, Ares?" panggil Allard.
Sesaat setelah memastikan bahwa balita yang terjatuh itu benar-benar Ares. Allard langsung menolong Ares agar bangun. Sedangkan seorang perempuan yang tadi ditabrak Ares masih memunguti barang belanjaanya.
"Anaknya dijaga dong Mas! Udah tau ini di toko, rame. Kalau hilang atau kenapa-napa gimana?!" sentak perempuan itu.
"Apaa.." gumam Ares memeluk Allard takut karena dia tau bahwa dia bersalah.
"Maaf Mbak," ujar Allard dengan nada datar. Setelah perempuan itu pergi, Allard menatap Ares dengan memegang kedua bahu balita itu.
"Kamu kenapa sendiri sih? Mama kamu manaa?" tanya Allard berusaha mengubah raut wajahnya menjadi lembut.
Bukanya menjawab. Ares malah berjongkok memilih beberapa cemilan yang berjejer di rak. Seolah lupa dengan hal yang barusan terjadi.
"Ares?" panggil Allard pelan.
Mata Allard menelisik ke seluruh arah. Rautnya yang semula tampak kesal kini benar-benar berubah menjadi datar. Cowok itu menatap tajam Seina yang malah asik tertawa bersama Candra sambil memilih beberapa makanan di rak paling ujung.
"Gak becus," ujar Allard pelan. Cowok itu menarik Ares yang sudah memeluk beberapa camilan ditanganya sambil menunjukanya pada Allard dengan tersenyum lebar.
"Au ini, Ales beli ini," unar Ares menatap Allard memohon.
"Iya, pulang ya? Sama Papa," ujar Allard bergerak mengendong Ares sebelum balita itu menunjuk kearah Seina.
"Amaa? Ales mau sama Amaa."
"Nggak, Mama mau sama temenya dulu. Oke? Kamu sama Papa." Tanpa aba-aba Allard menggendong Ares dan berjalan menuju kasir tanpa memberitahu Seina.
Setelah membayar, Allard membawa Ares untuk segera pergi. Sama sekali tak menghiraukan Seina. Entah nanti akan bingung atau panik, yang pasti Allard benar-benar terganggu sekarang.
Satu hal, permasalahannya bukan hanya tentang Ares atau Seina. Allard benar-benar stres dengan permasalahan yang dimilikinya. Harusnya Seina tau itu, tapi gadis itu terlalu keras kepala dalam segala hal.
"Ares jangan banyak gerak, nanti jatuh," ujar Allard setelah menaruh Ares di bagian depan motornya.
Ares diam dengan was-was. Allard menaiki motornya dengan pelan. Cowok itu meninggalkan area supermarket segera, dengan Seina dan Candra yang masih tertinggal didalam. Entah kedua orang itu sadar atau tidak bahwa Ares dia bawa pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Dla nastolatkówNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...