Part serius, wkwkwkwkq
****
Hanya dentingan sendok yang terdengar. Suasana benar-benar terasa berbeda bagi Alllard. Matanya melirik Clarissa yang makan tenang sambil sesekali tersenyum cerah. Tatapanya beralih ke bagian samping, melihat Mama Papa Clarisaa yang diam tanpa berbicara sedari tadi. Bahkan, dari dia pulang ke sini dan bertemu Allard, raut mereka terlihat tegang saat berbicara berdua. Mungkin mempunyai masalah, Allard tak peduli tentang itu.
Setelah malamnya Clarisaa mengatakan bahwa Papa dan Mamanya akan pulang ke Indonesia, Allard menyanggupi ucapan Clarisaa yang mengajaknya untuk kerumah gadis itu. Selain di undang kedua orangtuanya, Allard juga tak memungkiri kedekatan Papanya dan Papa Clarisaa cukup baik, dalam hal bisnis atau persahabatan.
"Gimana sekolah kamu Allard?"
"Baik," ujar Allard singkat menjawab pertanyaan Papa Clarisaa.
Mama Clarisaa tersenyum, "Clarisaa gak nakal kan? Bandel?"
"Nggak kok, baik," jawab Allard. Dia menjawab secara umum, jelas Clarisaa tak pernah masuk BK atau terkena hukuman. Karena Allard juga tak terlalu memperhatikan gadis itu sekarang.
Wanita itu tersenyum meletakkan sendok setelah makan, disusul Allard yang menutup acara makanya. "Tolong jagain Clarisaa ya Lard, dia kan banyak tingkah. Setelah berobat karena pernah kecelakaan dulu, kondisinya juga belum pulih total. Takutnya malah kenapa-napa lagi."
"Iya Tan, Allard jagain kok."
Clarisaa menghentikan pergerakan mengunyah makananya. Gadis itu memperhatikan Allard dari samping. Allard jelas hanya basa basi pada Mamanya. Cowok itu sekarang bahkan lebih susah diajak berbicara santai, berduaan, atau mengajaknya jalan seperti dulu. Allard terlalu cuek untuknya, tak memungkiri bahwa cowok itu masih bersikap sangat baik terhadapnya.
"Kalian baik-baik aja kan?" tanya Papa Clarisaa selidik.
Clarisaa mengangguk sambil tersenyum manis. Gadis itu menyingkirkan piring dari hadapanya. Mereka sudah selesai makan sekarang.
"Baik kok, Allard juga jagain Clarisaa disini. Kalian tenang aja. Kalaupun gak ada kalian disamping Clarisaa, ada Allard kok. Temen-temen yang lain juga." Clarisaa menatap mereka bergantian yang malah membuat ketiganya diam.
Allard mencoba mengabaikanya. Dia tau perkataan Clarisaa mengandung makna. Gadis itu tak terlalu diperhatikan oleh orangtuanya. Bahkan hanya tinggal sendiri dirumah ini dengan asisten rumah tangga yang bekerja. Dibalik sifatnya yang menyebalkan menurut Allard, Clarisaa juga menyimpan kesedihan tersendiri. Sebenarnya, semua orang memiliki kesedihan tersendiri yang selalu disembunyikanya. Entah itu kecil atau masalah besar. Yang pasti, mereka akan terbuka saat menemukan orang-orang yang tepat.
Bau asap rokok langsung menyengat hidung Allard saat dia pindah di ruang keluarga. Hanya dengan Papa Clarisaa yang mulai menyalakan rokoknya.
"Biar bagaimanapun asal usulnya, status, hubungan darah. Saya juga pengin yang terbaik buat Clarisaa," ujar Pria itu tiba-tiba. Allard hanya mengangguk pelan menanggapi. Antara bingung, marah, dan peduli menjadi satu.
"Saat tau dia ngomong kaya gitu saya mikir, apa harus mempertahankan penikahan dengan Mamanya."
"Maksud Om?" tanya Allard kaget.
"Jangan bodoh."
Allard tersenyum miris. "Ciri ciri wanita idaman Om kaya gimana sih? Yang baik atau yang kaya? Kalau yang baik aja mungkin Om gak mau, gimana Mama Clarisaa yang unggul dalam hal keduanya?" sinis Allard.
"Pernikahan itu gak semudah yang kamu bayangin Allard," ujar Papa Clarisaa berusaha sabar dengan ucapan cowok itu.
"Kenapa harus nikah?" tanya Allard. "Saya gak bodoh, tau kalau pernikahan gak semudah itu. Seharusnya sebelum nikah, Om udah tentuin pilihan yang tepat dong? Bukanya malah ninggalin Mama Clarisaa kaya gini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Ficção AdolescenteNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...