13. Mama

70.9K 11.5K 4.9K
                                    


Yang nungguuu??!

___

Allard semakin menelungkupkan wajahnya ke bantal saat bunyi ponsel yang berdering mengganggu aktivitas tidurnya. Ini masih pagi, dan siapa yang menerornya dengan telfon?

Saat ini Allard sedang tidur ditemani kekasih halalnya. Guling, soalnya guling gak haram. Minimal sebelum mempunyai kekasih halal tanpa halu.

Cowok itu tidur diapartemen miliknya, tak mau jika pulang ke rumah. Menatap Papanya atau juga karena Aurel.

Ponselnya berdering lagi membuat Allard berdecak berkali-kali. Dengan ogah-ogahan cowok itu mengambil ponselnya yang terletak diatas nakas.

"Ap-"

"BANGUN GAK LO?! GUE ADA DI DEPAN APARTEMEN LO ALLAAAAARDD!!"

Allard langsung menjauhkan ponselnya. Dengan mata yang masih setengah merem cowok itu melihat siapa yang menelfon, mendengus kasar saat melihat nama yang tertera.

Seinagilaaaaa

"ALLARD DENGERIN GUE KAGA? BUKAIN PINTU!! ATAU PASSWORD APARTEMEN LO APAAA?!!"

"Buset," Allard mengusap dadanya sabar mendengar omelan Seina yang tiada habisnya.

"ALLA—"

"LAGI JALAN SANTAI DONG!!" teriak Allard keras.

Saat sampai didepan pintu, Allard membukanya pelan. Yang terlihat pertama kali adalah wajah tak berdosa Seina dan Ares yang tersenyum manis. Balita itu berada digendongan Seina sekarang.

Oke, Ares tak berdosa. Tapi Seina?

Cowok itu menutup pintu masuk menggunakan tanganya membuat Seina mengernyit heran.

"Gak boleh masuk?" tanya Seina bingung.

"Cium dulu."

Wajah Seina langsung memerah malu, cewek itu memalingkan wajahnya kesamping membuat Allard sadar. Tangan Allard bergerak meraup wajah Seina.

"Njay! Bukan lo, gue ngomong sama Ares. Geli njirr!" Allard terkekeh mencondongkan wajah khas bangun tidurnya kearah Ares.

Balita itu langsung mengecup singkat pipi dan bibir Allard. Berbeda dengan Allard yang malah tersenyum dengan pikiranya.

"Geli, gue bayangin masa!"

Mata Seina membulat, memukul lengan Allard keras saat cowok itu memikirkan yang tidak-tidak tentang mereka. Mungkin.

"Bahasanya jangan kasar, ada Ares Lard," ujar Seina memperingati.

Allard mengangguk, meraih Ares agar berganti kegendonganya. Ares sendiri langsung memeluk leher Allard erat, mengecup pipi Allard singkat membuat cowok itu terkekeh.

"Angen Apa," ujar Ares.

Seina membulatkan matanya saat masuk ke apartemen Allard.

"ASTAGFIRULLAH INI APARTEMEN ATAU TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH ALLARDD?!!"

Seina berteriak kencang melihat kondisi apartemen milik Allard yang kini bahkan bagi Seina lebih cocok buat tempat pembuangan sampah. Bungkus makanan berserakan dimana-mana. Kaleng minuman soda, bahkan baju seragam masih tersampir di sofa.

"Masakin Sei, laper gue," pinta Allard.

Seina menatap Allard tak percaya. "Lard."

"Lo semalem ngundang gue kesini cuma dijadiin babu?"

Allard terkekeh, mengusap rambut Seina. "Yakali, gue mager pergi dari apartemen. Tapi kagen sama Ares," ujar Allard.

Cewek itu diam tak menjawab, malah mulai memungut sampah-sampah yang berserakan disini. Juga baju-baju Allard sambil mengoceh mengomeli Allard panjang lebar.

Our Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang