46. Kebenaran

29.7K 6K 2K
                                        

Baca jam berapa nih?

Koreksi typo ya!

****

Dia tau. Allard tau pasti soal ini setelah Clarisaa datang ke apartemenya. Apalagi saat menceritakan bahwa Papanya selingkuh. Setelah menyelidiki, memang Mama Seina yang bersama laki-laki paruh baya itu. Allard memilih bungkam setelahnya. Tapi dia tak menyangka bahwa Clarisaa menyerang Seina di sekolahan. Itu sama saja dengan merusak citra Seina.

Tanganya memegang ponsel untuk menelfon seseorang. Allard menghela nafas pelan. Masalah Ares saja belum tau siapa dalangnya, ditambah masalah yang disebabkan Clarisaa. Dan Allard yakin, ini berdampak besar bagi sifat Seina kedepanya.

"Lo dimana?" tanya Allard membuka pembicaraan setelah telfon diangkat.

"Gue mau bicara. Nanti malem, gue kerumah lo."

****

Mamanya jadi selingkuhan Papa Clarisaa? Serius, tak ada yang lebih memalukan dibanding hari ini. Seina menatap sayu rumahnya. Tanganya memegang tali tas dengan erat.

"Jangan emosi," ujar Allard berbisik sambil mengelus rambut Seina pelan. 

"Nenek Ares mau mai— MAMAAA!!" Ares langsung lari kearah Seina ketika melihat gadis itu, senyumnya lebih lebar lagi saat melihat Allard yang berada disamping Seina.

"Ares mau temenin Papa gak?" tanya Allard bergerak menggendong Ares. Cowok itu menampikan senyum manis pada Ares agar tidak kecewa saat Seina sama sekali tak membalas sapaan balita itu.

"Kemana?" tanya Ares dengan nada riang.

"Ke panti, nanti kita beliin makanan yang banyak buat temen-temen Ares juga. Yuk!"

Ares mengangguk. Memeluk leher Allard erat. Diikuti Allard yang mulai meninggalkan Seina agar bisa berbicara berdua dengan Mamanya. Allard pikir mereka harus menyelesaikanya terlebih dahulu, toh pasti nanti Seina juga akan bercerita denganya.

Sedangkan Seina masih diam didepan rumah. Gadis itu menahan air matanya yang ingin merembes keluar. 

"Sei, kenapa gak masuk?" tanya Mama Sahirah yang berada diambang pintu, menatap anaknya khawatir.

Seina menggeleng, masuk ke rumah tanpa memberikan sapaan. "Mama semalem kemana?" tanyanya sambil menaruh tas sekolah ke sofa.

Melihat Mamanya yang diam sebentar sedang berfikir, Seina secara terang-terangan memperlihatkan tatapan kecewanya.

"Mama cari makanan, kan Mama udah bilang sama kamu."

Sahirah tersenyum lembut. "Kamu mau makan apa? Mama mau belanja, tadi sih Ares minta Ayam. Kalau kamu? Atau Allard disini juga ka—"

"Mama inget gak sama Clarisaa? Yang ngaku sebagai temen aku."

Sahirah tampak berfikir sejenak. "Tau, dia kenapa?"

"Jadi Mama rebut suami orang?"

Deg

Sahirah menatap Seina dengan penuh pertanyaan. Tatapan matanya menajam. "Maksud kamu apa Seina?"

"Kita bisa bicara baik-baik," ujarnya lembut memegang tangan Seina untuk diajak duduk.

Seina menepis tangan Mamanya dengan sedikit kasar. "Dari dulu. Setelah Mama buang Seina, Papa pergi ninggalin Seina, Seina kecewa Ma. Sampai Mama datang lagi dikehidupan baru Seina saat Seina udah lupain itu semua. Dan sekarang apa?"

"MAMA BISA GAK SIH JANGAN BUAT SEINA KECEWA LAGI?!!" Seina mengepalkan tanganya emosi. Gadis terisak pelan. Bayangan ucapan Clarisaa serta cemoohan dari banyak siswa siswi yang melihat itu membuatnya frustasi. Belum saat dia mendapat teguran keras oleh kepala sekolah.

Our Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang