33. Kenapa?

50.3K 8.9K 4.4K
                                        

Jam berapa nih, kamu baca?

Koreksi kalau ada typo..

****

"Gue ditolak."

"ANJIR!! SEORANG ALLARD DITOLAK?!!" Heboh Lintang sambil menggebrak meja membuat mereka menjadi tatapan siswa satu kelas sekarang.

"Wah gila, Seina emang mantep." Rio menahan tawa melihat wajah sepet Allard yang sangat kentara melihat Lintang.

"Lo nembaknya gimana?" tanya Andra. "Oh gini mesti," lanjut Andra sambil menoleh kearah Naresh. Cowok itu mengambil tangan Naresh yang ditanggapi Naresh dengan senyum buatanya.

"Seinaah.. kamu mau jadi pacar Allard?" Andra mengecup tangan Naresh membuat laki-laki itu langsung melotot dan menampar pipi Andra keras.

"Jangan dipraktekin dramannya najis!!"

"Cupu banget, gak gitu," ujar Allard jengah.

"Lo kasih alasan apa emang?" tanya Erlan setelah tadi hanya diam mendengarkan curhatan Allard.

"Ya apalagi, kan Seina marahnya pas kemarin gue kerumah Clarisaa. Itu juga diundang sama bapaknya. Lah gue harus kasih alasan apa coba? Ya cuma peduli lah. Apalagi lo tau sifat Clarisaa sekarang gimana."

"Iya si, Clarisaa sekarang beda," ujar Lintang. "Mau gimana pun alesan lo ya yang paling logis cuma peduli. Ya kan?" lanjut cowok itu paham apa yang dimaksud Allard.

"Dia pas didiemin ngelunjak, ditanggepin apalagi," kata Erlan menanggapi.

"Terus Seina menjauh dari lo dong Lard?" tanya Rio.

Allard mencibir pelan. "Ya kagak lah. Kaya bocah aja. Gue ama dia tuh baikan. Ya cuma gak pacaran aja." Dia memang ditolak mentah mentah oleh Seina tadi malam. Tapi setidaknya, Seina sudah tak marah lagi padanya. Sikapnya juga sudah mulai membaik, tak terlalu ketus pada Seina lagi.

"Terus nyerah dong?" ejek Lintang. Kemarin sok-sokan menjauhi Seina, sekarang malah kena karmanya.

"Nggak, makanya bantuin gue." Allard menatap mereka serius.

"Apa?" tanya Andra.

"Lo lo pada, urusin Clarisaa. Gue, ngurus Seina."

"IDIHH!!"

Allard menatap jengah Andra, Lintang, Rio, dan Naresh yang berteriak lantang tak terima dengan pemikiranya.

"Mau apa?" tawar Allard sudah mengerti pemikiran keempatnya. Hanya Erlan temanya yang paling waras disini. Menolong tanpa imbalan.

"Mie ayam!"

"Enakan bakso nyet!" sahut Naresh menatap Rio sebal.

"Menu lengkap kantin lah anying!" ujar Andra.

"Traktir di kantin seminggu!"

Mereka bertiga menatap Lintang sambil tersenyum bangga.

"Sahabat paling pinter nih!" Rio mengapit muka Lintang diketiaknya membuat cowok itu misuh-misuh.

"Maruk lo semua," kata Erlan jengah.

"Heh Erlan! Kita itu beda kasta ya, bedaa!! Lo miskin kita kaya!" sahut Andra menatap Erlan sombong.

"Kebalik bego!" umpat Naresh. Meskipun ekonomi mereka tergolong mampu, sangat mampu bahkan, tapi jika dibandingkan dengan Allard dan Erlan ya jauh. Jaauuuhh.

Allard berdehem keras menunjuk kearah pintu membuat mereka menoleh kesana juga. Tampak Clarisaa yang masuk sambil tersenyum manis hendak menghampiri Allard. Sontak keempatnya langsung melancarkan aksi, sedangkan Erlan hanya anteng-anteng saja duduk disamping Allard.

Our Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang