Twenty Six

389 77 63
                                    

Pada malam harinya kami semua terjaga hingga tengah malam demi mengucapkan selamat ulang tahun pada Mark. Saat kubilang semua maksudku benar-benar semua. Seungcheol tanpa terkecuali. 

Kami berkumpul di ruang tengah, dan aku senang bagaimana euforia dan antusias lebih mendominasi suasana di sekeliling kami dan mampu mengalahkan kecanggungan yang diakibatkan oleh kehadiran Seungcheol di tengah-tengah kami.

Untuk beberapa saat aku bahkan lupa kalau Seungcheol ada di sana, atau lupa kalau Seungcheol bukan siapapun dalam keluarga kami.

Di meja bertengger laptop yang Mark gunakan untuk melakukan panggilan skype dengan Jeonghan dan Jisoo, karena tidak mungkin mereka terlewatkan. 

"Selamat ulang tahun sayang," seru Jisoo.

"Selamat ulang tahun Makkeuri," Jeonghan menyahut. "Kami tidak akan memberikan kadomu sebelum kau pulang. jadi cepatlah pulang, mengerti?" 

Diancam begitu Mark justru tersenyum dan tanpa ragu-ragu menggeleng. Sontak kami semua tergelak oleh betapa spontan dan polosnya Mark merespon.

Tapi alasanku tertawa lebih karena ekpresi yang dibuat  Jeonghan ketika mendengar jawaban yang diberikan Mark dan dapat kupastikan alasan itu pulalah yang menyebabkan Jisoo terbahak.

Jeonghan tampak seperti baru saja dicakar oleh kucing yang dia kira lucu dan menggemaskan.

"Kau tidak merindukanku?" Jeonghan kembali bertanya.

"Paman bisa datang ke sini kalau mau."

"Benar, datang lah kemari nak," ibuku ikut membujuk.

"Tidak bibi, dia pasti akan mengacuhkanku bila aku di sana."

Aku mengerti apa yang Jeonghan maksud. Menginap di rumah orangtuaku bagi Mark adalah ajang bermain bersama kakek dan neneknya, kesempatan yang sungguh jarang dia dapatkan. Tak heran setiap kali kami menginap, Mark akan lebih sering menghabiskan waktunya dengan mereka daripada dengan ku yang notabene bisa bersamanya sewaktu-waktu.

Belum lagi sekarang Choi Seungcheol ada di sini.

Semakin banyak perhatian Mark dibagi, semakin sedikit waktu yang kami luangkan.

"Tidak akan." Mark dengan tegas berjanji.

"Janji saja untuk cepat pulang, oke?" Kata Jeonghan. "Kalau kau pulang paman Jisoo akan membuatkan cheesecake spesial yang tidak akan pernah bisa kau temukan dimanapun. Hanya khusus dibuat untukmu."

Dia kembali mengiming-imingi. Tapi sepertinya itu murni improvisasi nya belaka sebab Jisoo nampak tidak setuju. Jelas bahwa cheesecake spesial tidak masuk ke dalam pembahasan mereka sebelum ini.

"Cheesecake apa?" Jisoo bertanya.

Dan dengan begitu dimulai lah perdebatan antara pasangan berbahagia, Jeonghan dan Jisoo, yang sama sekali tidak diagendakan untuk terjadi di acara ini.

Aku memutuskan untuk menutup laptop, menghentikan panggilan serta merta.

Ayahku beruntungnya menyelamatkan moment itu dengan muncul sambil membawa benda silinder yang dibungkus kertas kado.

"Nah, ini kado untukmu." Mark menerimanya dengan wajah yang berseri-seri penuh semangat. "Selamat ulang tahun." Dikecupnya kedua pipi Mark dalam.

Mark membuka kado pertamanya, menyobek kertas pembungkusnya dengan hati-hati dan perlahan menguak isi di dalamnya yang mana adalah sebuah teropong.

Bukan teropong biasa. Melainkan teropong berlensa satu yang gagangnya terbuat dari kayu dan logam perunggu, yang sebelumnya tidak pernah kulihat dimana pun kecuali dalam film bajak laut.

What If? (JICHEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang