"Kau bilang apa tentang Mark tadi?" Tanya Jeonghan.
"Aku tidak tahu apa, tapi sepertinya Mark sedang mengalami sesuatu."
Ada yang salah, aku tahu. Ada sesuatu yang mengganggu Mark beberapa hari belakangan, atau seseorang. Meskipun aku tidak tahu apa (atau siapa) aku yakin benar anakku sedang terganggu dan aku juga yakin kalau ini bukan kesalahanku, karena jika aku melakukan sesuatu yang membuatnya kesal, aku juga pasti akan tahu.
Aku tidak melakukan apapun yang bisa membuatnya kesal. Tidak dalam beberapa hari belakangan. Namun tingkahnya sungguh membuatku gelisah.
Belakangan ini, Mark jarang berbicara. Tapi itu tidak seperti saat dia dengan sengaja mendiamkan ku karena marah. Lebih seperti dia takut padaku.
Aku ingat bagaimana dulu, saat masih kecil, aku selalu takut pada kakekku yang berwatak keras. Aku tidak akan berani mengatakan apapun padanya untuk menghindari potensi dia memarahiku, kecuali dia ingin aku mengatakan sesuatu. Aku juga tidak akan melakukan sesuatu kecuali dia memintaku melakukan itu. Itu lah yang kurasa sedang Mark lakukan beberapa hari ini.
Konyol. Namun itu lah yang terjadi. Aku harus bertanya dulu baru Mark mau bicara. Dan, tiba-tiba Mark menjadi luar biasa penurut. Mark tidak lagi berubah menjadi burung hantu setiap aku memintanya tidur. Jika aku memintanya melakukan sesuatu, Mark langsung melakukannya.
"Sudah tanya?"
Aku mengangguk. "Jawabannya: tidak ada apa-apa, papa. Klasik."
Ini membuatku berdebat dengan diriku sendiri. Aku bertanya-tanya apakah aku harus memberitahu Seungcheol. Apakah ini yang Seungcheol maksud sewaktu dia bilang ingin aku lebih terbuka. Apakah aku harus meminta bantuan nya untuk mencari tahu apa yang terjadi?
"Mungkin kau harus tanya Seungcheol. Siapa tahu Mark lebih terbuka padanya. Mungkin dia tahu sesuatu." Kata Jisoo mengamini pikiranku.
Jisoo menyuapi dirinya sendiri dengan sesendok cheesecake yang dia bawa dari rumah, berniat memberikannya pada Mark, namun karena ini jadwal Mark pergi dengan Seungcheol, kami memutuskan untuk menyemil sedikit.
"Menurutmu, kenapa Mark lebih terbuka padanya?" Tanyaku.
"Karena dia bapaknya." Jawab Jeonghan.
Bagaimana mungkin pria itu bisa menjadi orang yang paling tidak berguna sekaligus sangat berguna dalam hidupku?
"Mark tidak tahu itu," Ujarku defensif.
"Kau tahu lah, Anak-anak." Jeonghan mengibaskan tangan. "Mark mungkin tidak tahu tapi dia bisa merasakannya."
Aku menggigit sendok di dalam mulutku.
Tanya lah sesuatu pada Jeonghan, maka kau akan semakin dibuat bertanya-tanya. Itulah yang sekarang terjadi padaku.
"Atau mungkin..." Jisoo memulai. "Seperti yang biasa Mark lakukan, dia hanya tidak ingin membuatmu khawatir."
Aku mengangguk-anggukan kepala, masih dengan sendok tergigit di dalam mulut.
Kemudian aku mendelik menyadari sesuatu. "Jadi menurutmu ini sesuatu yang serius?"
Jisoo tampak kehilangan kata-kata untuk beberapa saat. "Aku tidak tahu Jihoon. Tolong berhenti menatapku seperti itu."
Aku menatap ponselku. Berharap sesuatu muncul di layar nya. Misalnya seperti pemberitahuan pesan dari Seungcheol yang berkata : Hei Ji, Mark tidak apa-apa, tidak ada masalah apapun, kau cuma sedang merasa melankolis dan paranoid. Aku akan mengantarnya pulang sebentar lagi.
Itu mustahil sebab Seungcheol mana tahu apa yang sedang berkecamuk di otakku. Dia mungkin tidak tahu dan tidak menyadari tingkah aneh Mark.
Bagaimana ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
What If? (JICHEOL)
FanficBagaimana jika aku berhasil mencegah Seungcheol malam itu? Bagaimana jika aku menolak untuk menjemputnya? Bagaimana jika aku memberitahunya tentang malam itu? Apakah Seungcheol akan menerimaku dan membatalkan kepergiannya, rencana masa depannya yang...