Aku menatap jam dinding. Pukul delapan dan semuanya baik-baik saja. Lantai ku bersih, ruang tamu ku rapi, dapurku kinclong.
Masalahnya sekarang hanya: aku bau badan. Setelah menggelar acara pembersihan rumah sedemikian rupa aku merasa bisa menyuling keringatku dan menggunakannya sebagai bahan aktif pembuat bom hidrogen.
Normalnya, aku tidak pernah mempunyai ritual apapun ketika rumahku hendak kedatangan tamu, karena pertama, aku tidak sering mimiliki tamu, kedua, tamu yang biasa datang merupakan anggota keluarga yang datang untuk membantuku mengurus rumah, ibuku, biasanya --Jeonghan tidak masuk ke dalam kategori karena spesialisasi nya adalah penunjang mentalku. Dia bahkan tidak pernah repot-repot menaruh piring kotor ke dalam bak cuci setiap makan di rumahku-- Jadi aku tidak pernah repot-repot membersihkan rumah sebelum mereka datang.
Aku tidak tahu kenapa aku melakukan itu semua sekarang: membuang sampah, mengepel lantai, membersihkan dapur, menyemprot seluruh sudut ruangan rumah dengan pengharum ruangan lavender.
Setelah seluruh sudut apartemenku tampak seperti rumah-rumah dalam katalog IKEA, aku baru sadar betapa sia-sianya ini. Aku bahkan merapikan tempat tidur Ace. Tahu kah kalian kenapa, Karena aku tidak.
Aku melakukan itu semua ketika Mark sedang tidur siang, jadi aku tidak mendapatkan pertanyaan mendetail tentang "apa yang papa lakukan?" Sebab, sayang, papa juga tidak tahu apa yang papa lakukan.
Padahal aku sadar bahwa ini bukan tentangku. Ini tentang Mark. Seungcheol datang semata-mata karena Mark. Dia tidak akan mempedulikan debu di atas TV ku, kaleng sarden kosong di dapurku, atau remah-remah di atas tempat tidur Ace. Aku bahkan ragu dia mempedulikanku.
Kali ini, sejak satu jam terakhir, aku sibuk menekuni tutorial memasak di youtube hanya untuk .... mengurangi kadar nasi goreng kimchi pada pencernaan Mark, tentu saja. Ini disebut meng-upgrade diri sebagai seorang papa. Aku maklum kalau kalian tidak tahu dan salah paham.
Cincang bawang bombay--
"Kapan paman Seungcheol datang." Keluh Mark.
"Sebentar lagi sayang." Aku menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari layar ipad.
Masukan keju, lada hitam, oreg--
Sebentar--dimana organo nya?
"Kalau tidak jadi datang bagaimana?"
Aku membuka lemari di atas kepala, berjinjit untuk melongok ke dalamnya, tidak terlalu mendengarkan apa yang Mark katakan.
"Hmm?"
Maaf, sayang.
Mataku menangkap sebuah botol hijau yang kucari-cari. Oregano-nya!
Aku sedang berusaha menuang susu cair secara perlahan seperti yang wanita dalam video itu katakan saat bel rumahku berbunyi. Kalian bisa menebak apa yang terjadi.
Pangganganku menjadi miniatur kolam susu, dengan pasta yang berenang di dalamnya.
Sempurna.
"Biar aku yang buka!"
"Oh dan Mark, tolong tanyakan apakah dia sudah makan malam dan mau makan bersama kita."
"Okey dokey!"
Tunggu,
Keputusan bodoh. Apa yang akan kuhidangkan pada Seungcheol? Pasta rebus susu?
Brilian!
"Papa!" Seru Mark. Bocah itu kemudian memberitahu, "Paman akan makan malam bersama kita."
Oke, tidak seburuk itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
What If? (JICHEOL)
FanfictionBagaimana jika aku berhasil mencegah Seungcheol malam itu? Bagaimana jika aku menolak untuk menjemputnya? Bagaimana jika aku memberitahunya tentang malam itu? Apakah Seungcheol akan menerimaku dan membatalkan kepergiannya, rencana masa depannya yang...