Thirty Five

417 74 77
                                    

Aku tidak bisa berhenti membenci diriku sejak aku membuka mata pagi ini, karena sejak saat itu satu fakta tentang hari ini telah menghantam ingatanku.

Aku ingat, mirisnya aku ingat hari apa tepatnya ini.

Delapan Agustus tidak pernah memiliki arti bagiku selama 6 tahun terakhir, namun tiba-tiba kali ini itu berarti sesuatu.

Ulang tahun Seungcheol.

Ulang tahun Seungcheol. Aku tidak pernah benar-benar melupakan tanggalnya, namun aku tidak pernah memikirkan apapun atau merasakan apapun saat waktu itu tiba, selain karena Seungcheol tidak ada di sini, aku juga sedang dalam usaha mati-matian menghapus segala sesuatu tentangnya dari dalam diriku.

Namun sekarang pikiranku kalut, perasaanku campur aduk. Aku dilema.

"Tidak boleh main ponsel di kamar mandi." Aku tersentak, mengalihkan pandangan dari tanggal yang tertera di layar ponsel yang tanpa sadar terus kupandangi, kepada Mark di sampingku. Dengan sikat gigi di dalam mulutnya Mark lanjut berkata, "kata guru Jung itu bisa membawa bakteri yang ada di kamar mandi."

Aku tersenyum. Ku masukkan ponselku ke dalam saku celana supaya tidak menyinggung perasaan Mark, kemudian lanjut menyikat gigi.

Setelah beberapa saat kulepeh pasta gigi bercampur liur di dalam mulutku ke wastafel lalu berkumur. Mark melakukan hal yang sama.

"Cepat ganti pakaianmu lalu sarapan." Mark mengangguk. Ku tepuk-tepuk pantatnya. "Cepat sana. Lari lari!"

Dengan cepat bocah itu melompat dari undakan kecil yang tadi dia gunakan untuk bisa mencapai tinggi wastafel, dan langsung melesat keluar dari kamar mandi.

Aku menutup pintu. Kembali ku perhatikan ponselku seolah itu adalah benda asing dari luar angkasa yang tidak pernah kuketahui sebelumnya, dan sepenuhnya mengabaikan peringatan Mark tentang bahaya yang sangat berisiko menimpaku.

Layarnya terang menyala dengan gambar Mark yang tersenyum sebagai latar. Ku pandangi deretan aplikasi yang tidak terorganisir di sana, namun 98% perhatianku ditujukan pada aplikasi pesan singkat.

Ibu jariku mengetuk-ngetuk layar tanpa tujuan selain menyalurkan kegelisahan.

Setelah apa yang Seungcheol lakukan untuk Mark haruskah aku mengucapkan sesuatu di hari ulang tahunnya? wajarkah bila aku melakukan itu?

Tapi itu hal yang normal dilakukan, bukan? Teman pun boleh mengatakannya, walaupun sudah enam tahun tidak bertemu dan memiliki sejarah yang tidak terlalu enak di masa lalu, bahkan sampai beberapa hari kemarin.

Dalam kekalutan itu bagian paling menjengkelkan dalam diriku mengambil alih, meminta otakku untuk berhenti berpikir dan segera mengetik kata demi kata dan memencet tombol kirim.

Tidak harus terjadi sesuatu. Seungcheol tidak mungkin berpikir macam-macam. Hanya ucapan singkat berupa selamat ulang tahun, apa akibat terburuk nya? Lagipula bukankah aku sudah merasakan bagian yang terburuk?

Toh Seungcheol tidak berulang tahun setiap hari. Hari ini hanya datang sekali dalam satu tahun. Jika ini tidak berakhir bagus, maka setidaknya aku tahu bahwa aku tidak perlu melakukannya lagi untuk tahun-tahun yang akan datang, dan tinggal mengutuk diriku sendiri atas ide bodoh ini seperti yang lazimnya kulakukan.

Ketika dua tanda centang muncul di bawah pesanku ku geletakan ponselku di wastafel, benda itu bergemeletak nyaring membentur porselin, sepertinya terlalu keras tapi aku tidak peduli.

Ku raup wajahku dengan kedua tangan.

"Bodoh, bodoh, bodoh." Ku katakan itu pada pantulan diriku sendiri di cermin. "Dasar orang bodoh tak tahu malu."

What If? (JICHEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang