Fourty Four

447 79 144
                                    

Hampir tengah malam ketika akhirnya kami mencapai apartemenku. 

Aku melepaskan sabuk pengaman dan mengatakan terimakasih pada Seungcheol.

Seungcheol tersenyum dan mengangguk. "Selamat malam Jihoon."

Aku membalas senyumnya. "malam." Aku termenung beberapa detik, masih di dalam mobil Seungcheol. "kau mau masuk sebentar?" Tanyaku dengan terbata-bata. Aku mencoba melanjutkan kalimatku tanpa tersipu, yang mana akan membuatku tampak konyol. "Ingin bertemu Mark barangkali? Bocah itu pasti akan senang melihatmu." 

Aku bahkan tidak menambahkan kata mungkin, aku mengatakan pasti. Entah darimana datangnya rasa kepercayaan diri ini. Beberapa bulan yang lalu, menghindari Choi Seungcheol nisacaya adalah moto hidupku, aku sungguh percaya bahwa salah satu cara untuk membuat Mark bahagia adalah menjauhkannya dari pria ini. sekarang, dengan sadar dan tanpa dorongan dari pihak manapun, aku mengundangnya ke rumah, memintanya bertemu Mark, dan begitu yakin Mark akan senang dengan ide itu karena pada kenyataannya memang begitu.

Setelah insiden di sekolah yang entah berlangsung sejak kapan, Aku tahu hal yang paling Mark butuhkan sekarang adalah mengetahui bahwa dia akan selalu dikelilingi kasih sayang dari semua orang di sekitarnya, tanpa terkecuali Seungcheol.

"Dia mungkin belum tidur." Lanjutku.

"Oke." Jawab Seungcheol.

***

Aku memasukkan password, menunggu pintu berbunyi 'bip' kemudian membukanya bertepatan dengan Jeonghan dan Jisoo yang keluar dari kamar Mark.

"Oh, kau sudah pulang." Jeonghan memunguti barang-barangnya di sofa ruang tamu: Jaket, kunci mobil, ponsel dan lipbalm. "Mark sudah tidur, kami harus pulang." Jelasnya. Pandangannya kemudian berpindah pada Seungcheol yang berada di belakangku. Jeonghan kelihatan panik, pun Jisoo. 

"Apa yang terjadi? Semuanya baik-baik saja?" Tanya Jisoo khawatir.

"Ya." Jawabku dan Seungcheol bebarengan.

Aku tahu jawaban itu kurang memuaskan Jeonghan, tapi sepertinya untuk saat ini, itu bukanlah prioritasnya. Jeonghan mungkin sudah terlalu lelah barang sekedar ingin  mengintrogasiku. Dia pasti juga tahu bahwa sekalipun dia menyempatkan waktu lebih untuk bertanya, ini bukanlah waktu yang tepat, sebab waktu tidur berkualitasnya tidak boleh tertunda.

 "Kami pulang dulu, Ji." Jeonghan memegang bahuku.

"Terimakasih Hyung." kataku pada Jeonghan dan Jisoo.

Jeonghan menepuk bahuku. "Tidak masalah."

"Hat-hati."

Jisoo bergumam, kemudian dua sosok itu resmi meninggalkan apartemenku.

Aku berbalik untuk berhadapan dengan Seungcheol. Tiba-tiba semuanya kembali pada fitrah pertama saat aku bertemu seungcheol: canggung. aku tidak tahu apakah ini karena kami semata-mata berada di rumahku tanpa kehadiran Mark, atau karena ini sudah larut malam, atau karena sejatinya kehadiran seungcheol disini tidak memiliki tujuan. Atau apesnya, ini karena semua alasan tadi.

Aku menggaruk tengkuk dengan kikuk. "Maaf. Tidak apa kalau kau mau pulang."

Tentu saja tidak apa-apa Lee Jihoon, kau pikir dia apa? tahananmu?

Mata Seungcheol berkeliaran sebentar. Saat aku mengira dia akan mengucapkan selamat tinggal, Seungcheol malah berkata. "Boleh aku duduk sebentar?"

aku hendak menyuruh Seungcheol mengulangi apa yang dia katakan, jaga-jaga kalau semisal aku salah dengar, tapi aku sadar itu hanya akan, satu, membuatku nampak konyol, dua, mempercanggung keadaan. 

What If? (JICHEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang