twenty one

536 81 81
                                    

Alasan kenapa aku tidak keberatan dengan jadwal mingguan Seungcheol dan Mark adalah karena aku tidak pernah benar-benar kehilangan waktu berkualitas ku dengan bocah itu. Seungcheol boleh menyita seluruh waktu Mark di akhir pekan, tapi selama 6 hari berturut-turut kesenangan itu milikku.

selama ini aku selalu fokus memikirkan hal-hal menyenangkan apa yang dapat aku lakukan saat Mark tidak bersamaku, padahal aku bisa memikirkan hal-hal menyenangkan apa yang dapat  aku lakukan saat Mark sedang bersamaku. dan praktisnya semua hal menyenangkan saat Mark bersamaku. Bahkan hal-hal seperti bermain sepatu roda bersama di dalam rumah

Aku memutuskan untuk membelikannya sepasang sepatu roda juga dan tidak sulit bagi Mark untuk cepat handal. Beberapa menit menuntunnya dan kami sudah saling kejar di dalam rumah.

Ace menonton kami dalam kebingungan di atas sofa sembari kami mengelilingi ruang tamu.

"Hati-hati sayang," aku memperingati saat Mark kesulitan menghindari bufet.

Mark justru tertawa ketika pada akhirnya dia menubruk bufet. Tanpa kesulitan bocah itu bangkit dan kembali berseluncur. Aku mengikuti dengan perlahan di belakangnya.

"papa," panggilnya.

"Hmm?"

"Paman Seungcheol akan datang nanti."

Seolah ada partisi yang tiba-tiba diletakan di depanku secara mengejutkan aku berhenti mendadak.

"Apa!" Aku mencengkram sandaran sofa guna menahan diriku untuk tidak jatuh saking kagetnya. Sama sekali tidak bisa menyembunyikan keterkejutan. "K-kenapa?"

Menyadari aku berhenti Mark ikut berhenti. Dia berpegangan pada sandaran sofa yang satunya, membuat kami saling berhadapan.

Melihatku terkejut dia nampak bersalah. "paman janji akan membantuku mengerjakan tugas organ manusia dan fungsinya," jelas bocah itu yang justru membuatku semakin panik. "Tidak apa kan?"

"Tapi papa bisa membantumu," kataku berdalih, dan kuharap Mark tahu bahwa itu artinya tidak.

"Papa bisa membantuku dengan tugas bahasa Korea," jawab Mark. "Paman juga janji akan merakitkan keretanya."

Kemarin saat mereka pergi bersama, Mark pulang dengan membawa satu set mainan kereta, yang tentu saja dia dapat dari Seungcheol, yang belum sempat kurakit.

Itu bukan kali pertama Seungcheol membelikan sesuatu dengan harga yang tidak akan bisa ku ganti dengan uang jajan Mark sebulan. Minggu lalu dia bahkan memberikan sebuah action figure magnetic iron man yang bisa melayang. Tidak heran Mark sangat menyukainya.

Aku berencana merakitnya pada akhir pekan, saat Mark pergi dengan Seungcheol, jadi aku memiliki sesuatu untuk dikerjakan.

Tapi apa yang Seungcheol lakukan ini? Dia seharusnya datang saat akhir pekan dan mereka harusnya pergi jalan-jalan ke suatu tempat bukan di rumahku dan saat aku juga berada di sini.

Menyesal, seharusnya kubiarkan pria itu tahu peraturannya.

"Tapi--tapi kalian bisa melakukan itu di akhir pekan, kan?"

"Kemarin paman bilang kalau dia tidak bisa. Dia harus bekerja di akhir pekan."

Oke, itu memang menjelaskan segalanya tapi tidak lantas membuatku lebih tenang. Jantungku yang paling tidak tenang sekarang. Degupnya menyesakkan seiring dengan berbagai pikiran meresahkan yang berkelebatan di kepalaku.

Sekarang bagaimana? Apakah aku benar-benar harus terjebak di antara mereka? Bagaimana caraku agar bertingkah biasa saja nanti? Bagaimana kalau sikapku nanti malah membuat Mark curiga?

What If? (JICHEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang