Chapter Side 2 (END)

857 67 82
                                    


Selama dua puluh tujuh tahun hidupku, aku telah mengalami begitu banyak drama dan peristiwa, namun tidak pernah sekalipun aku bangun pagi dengan kepastian bahwa wajah lelap Choi Seungcheol lah yang akan menyapa ku setiap kali aku membuka mata. Namun begitu lah pagi ku selama dua tahun belakangan ini.

Lebih dari dua tahun yang lalu, di awal bulan Oktober, tak berapa lama selewat tengah malam, Seungcheol melamar ku di dalam tenda di tengah-tengah hutan bumi perkemahan.

Dalam kelegaan yang mendebarkan setelah aku menerima pinangan itu dua puluh menit kemudian (sebanyak itu lah waktu yang aku butuhkan untuk memulihkan diri dari keterkejutan juga mahan diriku dari menjatuhkan air mata), Seungcheol mengaku bahwa semula dia ingin melamar ku di dekat danau sambil mengamati selempang Bima Sakti yang seharusnya dapat kami lihat dengan jelas di langit malam itu, kegiatan yang sebelumnya telah kami agendakan. Tapi hujan justru turun sejak matahari terbenam. Karena itu kami terjebak di dalam tenda selama sisa malam.

Akhirnya Seungcheol membuat keputusan spontan. Di sana, di dalam tenda, di dalam sleeping bag, dan dengan hujan yang mengguyur di luar, setelah kami berhasil membuat Mark jatuh terlelap, Seungcheol mengeluarkan sebuah cincin, cincin safir dengan bubuhan empat berlian kecil di sisi-sisinya yang sekarang kupakai, dan melamar ku.

Jika peristiwa itu merupakan adegan yang terjadi di dalam film, sudah pasti tidak akan ada penonton yang terkesan atau mengharu biru. Itu bukan jenis adegan yang akan dinanti siapapun. Tidak ada adegan berlutut di atas satu kaki, tidak ada lilin-lilin di atas meja restoran mahal, alunan musik romantis, juga tidak ada orang-orang asing di jalan yang memegang banner 'will you marry me?'. Yang ada hanya tenda yang jauh dari kata mewah, bising rintik hujan yang menghantam tanah maupun terpal, dan Mark yang mendengkur di tengah kami.

Namun bagiku itu sempurna. Aku menyukai segala hal yang terjadi pada momen itu tanpa terkecuali; menyukai bagaimana rencana Seungcheol gagal total dan berubah menjadi sesuatu yang spontan, menyukai bagaimana suara hujan meredam hampir segala suara termasuk suara Seungcheol, serta wajahnya yang merona panik ketika aku tak kunjung memberikan jawaban, menyukai bagaimana tangan kami saling berkelindanan di atas Mark setelahnya, dan menyukai saat-saat hening ketika kami tidak saling mengatakan apapun setelah itu, hanya memandang mata satu sama lain dan merona oleh ledakan kebahagiaan untuk waktu yang begitu lama hingga kantuk melanda dan kami jatuh tertidur.

Keesokan paginya, Mark langsung menyadari kehadiran cincin yang melingkar di jari manis ku. Aku lupa bahwa bocah itu jago dalam segala permainan termasuk menebak perbedaan dari dua gambar (mungkin informasi ini ada hubungannya).

Mark bertanya dari mana aku mendapatkannya, pertanyaan yang tidak akan bisa kujawab tanpa bantuan dari Seungcheol. Reaksi bocah itu kemudian menjadi penutup yang sempurna bagi kisah kami hari itu.

Kini, tiga puluh bulan telah berlalu semenjak hari, yang seumur hayat akan kuingat, itu berlangsung. Kemarin adalah perayaan dua tahun pernikahan kami.

Pernikahan ini selaras dengan jiwaku. Selama dua tahun ini aku merasa bahagia. Bukan bahagia seperti seorang anak yang mendapatkan mainan baru, namun perasaan bahagia yang pekat dan penuh. Begitu banyak hal yang kudapatkan hanya dalam kurun waktu dua tahun. Semua itu membuatku gemuk oleh euforia.

Walaupun orang-orang terus memberitahu kami bahwa tahun-tahun pertama pernikahan akan menjadi sangat sulit, bagiku tidak begitu. Ini tidak sulit sama sekali. Kami telah melalui tahun pertama tanpa hambatan yang berarti (kami sempat berdebat saat berbelanja furnitur untuk rumah baru yang kami tempati, tentang ukuran ranjang kamar utama, jika itu disebut hambatan). Tanpa terasa tahun kedua juga telah berlalu begitu saja.

Semuanya berjalan dengan selaras. Kami selalu tahu apa yang harus dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kami telah belajar untuk saling mengerti, memahami sekaligus menolerir kebiasaan satu sama lain. Seolah kami telah melakukan ini (menikah dan tinggal bersama) dalam waktu yang sangat lama.

What If? (JICHEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang