Thirty

446 77 40
                                    

Kami kedatangan tamu spesial pagi ini, lebih tepatnya Mark. Cucu tetangga kami yang seusia Mark bernama Lee donghyuck kebetulan juga datang untuk menghabiskan liburan musim panas di rumah neneknya.

Donghyuck adalah bocah periang, mudah bergaul dan karismatik. Ibunya yang sekarang tinggal di Jeju adalah teman masa kecilku, dan donghyuck sendiri adalah teman seusia pertama yang Mark miliki. Mereka bertemu saat keduanya baru berusia satu tahun, sekenarionya pun persis sama seperti ini, karena pergi ke rumah kakek-nenek untuk liburan.

Walaupun hanya bertemu saat liburan, mereka cukup dekat berkat kemampuan natural Donghyuck dalam berbasa-basi, kegemarannya dalam berbicara dan mencium orang.

Aku bisa melihat mereka bermain seharian tanpa merasa bosan, atau hanya duduk diam di tengah-tengah mereka yang asik mengobrol seru dan menikmatinya seperti acara tv favorit.

Donghyuck selalu menjadi sang inisiator, pelopor dari segala aktivitas mereka dengan tingkahnya yang energik dan supel,  sedangkan Mark akan membebek bocah itu dengan senang hati dan terkadang malu-malu.

Malu-malu bukan lah sesuatu yang sering Mark tunjukkan ketika bersamaku, jadi wajar aku senang memperhatikan interaksi kedua bocah itu, terutama saat Donghyuck melakukan sesuatu yang membuat wajah Mark berubah menjadi semerah tomat.

Terhitung di pagi ini saja Mark sudah dua kali tersipu; saat Donghyuck datang dan memeluknya untuk pertama kali, kemudian lima belas menit yang lalu ketika bocah itu mencubit pipi Mark.

Sekarang keduanya tengah bermain air di dalam kolam renang karet, hadiah ulang tahun dari Jeonghan untuk Mark dua tahun yang lalu, sedang berlomba untuk membuktikan siapa yang bisa menahan napas lebih lama di dalam air, yang tentu saja adalah ide Donghyuck.

Aku memperhatikan keduanya dengan antusias seolah aku juga berada di dalam kolam karet itu bersama mereka, tidak peduli jika kenyataannya aku hanya bertugas menghitung waktu sambil telungkup di lantai kayu ruang tamu dan memainkan kipas portabel doraemon milik Mark demi merasakan sedikit kesejukan karena saat-saat ketika aku bisa menceburkan diri ke dalam kolam karet sudah lama berlalu, walaupun kelihatannya itu adalah cara paling ampuh untuk terbebas dari jera panas ini. pun tidak peduli jika di serambi, dua meter di depanku, Choi Seungcheol juga tengah bersantai.

Kukira ini juga merupakan kekuatan super yang dimiliki Donghyuck: mengalihkan semua sorotan padanya seorang. Aku yakin dengan kehadirannya, Mark dan Seungcheol tidak akan pernah punya waktu yang berkualitas untuk membicarakan hal-hal memalukan tentangku. Itu kenapa aku tidak terlalu ambil pusing pada keberadaan Seungcheol di dekatku sekalipun ayah atau ibuku tidak sedang berada di radius yang sama untuk menjadi 'tembok pembatas' antara aku dan pria itu. 

"lima, enam, tujuh...," aku menghitung ketika kepala Donghyuck naik kepermukaan, meraup oksigen diam-diam kemudian kembali tenggelem ke dalam air dengan mulus.

Aku tahu itu tidak akan membuat Mark senang jadi aku hanya diam.  

Selang beberapa detik kepala Mark pun muncul, napasnya terengah-engah, lebih dari itu Mark nampak kesal.

Donghyuck menyembulkan kepalanya kemudian dan mendeklariskan kemenangannya.

"kau curang!" Tuding Mark tanpa tedeng aling-aling.

"Tidak!" Donghyuck membantah setegas tudingan Mark.

Kalau tadi kukatakan bahwa menonton kegiatan mereka sama seperti menonton acara tv favorit bagiku, aku pasti lupa menambahkan perbedaannya, yaitu aku tidak bisa seenak hati mengganti chanel ketika keadaan mulai tidak seru untuk ditonton, dan ini lah yang sekarang terjadi.

Kulirik Seungcheol yang sedari tadi juga memperhatikan mereka.  Pria itu pun tampak panik. Tadi Seungcheol hanya duduk melantai, tidak melakukan apapun selain mengibas-ngibas kipas tangan dengan santai. Sekarang pria itu duduk tegak, terlihat ingin melakukan sesuatu yang kuharap segera dia lakukan.

What If? (JICHEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang