Jeonghan pulang ketika alarm di arlojinya berbunyi. Itu waktu juru masak pribadinya datang, katanya, dan dia harus sudah ada di rumah karena seperti yang dia jelaskan sebelumnya, Jisoo tidak akan pulang sampai malam jadi seseorang --yang mana adalah dia-- harus membukakan pintu untuk sang juru masak. Atau kalau tidak, mereka tidak akan bisa menyantap bebek Peking untuk makan malam hari ini.
Dan bahkan sampai saat itu Mark masih tertidur pulas. Di tengah kasurnya bocah itu meringkuk. Selimut yang tadinya menutupi tubuhnya sampai dada sudah melorot hingga pinggang. Dan boneka itu di situ. Terselip di kanan Mark, di antara lengannya, boneka beruang berdasi kupu-kupu yang kulihat beberapa hari yang lalu.
Boneka yang dari pengakuan Mark, diberikan oleh bibi Cha.
Aku tidak ingin berburuk sangka pada putraku, namun mata boneka itu, yang berupa manik plastik hitam, seolah mengerling dan mengejek, mengolok-olok ku yang tidak tahu apa-apa tentangnya.
Tapi itu mungkin saja karena aku sudah mulai gila hingga membayangkan yang tidak-tidak.
"Mark, sayang, bangun," aku berbisik di samping telinganya. Mark tidak bergeming apalagi bangun. aku menoel hidung bocah itu. "mark."
Bocah itu menggeliat terganggu, memeluk bonekanya lebih erat dan mengerang "ng .. " namun masih enggan membuka mata.
"bangun." ku tiup telinganya. kali ini Mark tergelitik dan tertawa, menutupi telinga kirinya yang terekspos dengan tangan, namun masih terpejam. "ayo bangun."
yakin bocah itu sepenuhnya sudah tidak benar-benar tidur, ku guncang bahunya.
Mark pasti sudah tidak tahan terhadap gangguan yang terus ku layangkan. Akhirnya bocah itu menggeliat hingga terlentang dan langsung memberikanku tatapan cemberut ketika matanya terbuka.
"papa merusak bagian menyenangkannya."
"maaf. apa itu? spongebob lagi?"
beberapa hari yang lalu, Mark bercerita soal mimpi yang dia miliki. Kali itu adalah tentang Spongebob. katanya, dia sedang berjalan-jalan bersama spongebob dan teman-teman sponge itu di bikini bottom; patrick si bintang laut, dan sandy si tupai. putri duyung hampir saja memberinya hadiah berupa mutiara raksasa ketika aku membangunkannya.
Aku secara pribadi tidak berpikir bahwa bertemu dengan sekelompok biota laut yang aneh dan bisa bicara adalah mimpi yang indah. namun Mark punya definisi yang berbeda untuk itu.
Mungkin dia hampir sampai di istana Neptunus kali ini, tapi bocah itu menggeleng. "aku hampir saja mencapai garis akhir dan mengalahkan tuan beagle."
Alisku terangkat. "tuan baegle?"
Mark menggosok mata bangun tidurnya, mengenyahkan sisa-sisa kantuk dan mengangguk.
"ini tuan baegle." dia mengangkat boneka beruangnya dan membuat tangan boneka itu melambai padaku.
"oh, benarkah?" tanyaku. "tapi kau tahu, ada yang lebih menyenangkan daripada mengalahkan tuan beagle?" Mark menatapku penasaran. aku mencium bahunya lantas menarik diri dan mendelik sambil menutupi hidung. "mandi! astaga Mark kau lebih bau daripada kaus kaki kakek."
"tidak!" Bocah itu berseru sambil tertawa.
"astaga putraku sangat bau!"
"tidak!"
***
"tutup matamu."
Mark melakukan seperti yang ku minta. Dia memejamkan mata dengan sekuat hati, menghalang air sabun yang mungkin akan mengalir ke wajahnya ketika aku menggosok rambut dan memijat kepalanya menggunakan shampoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If? (JICHEOL)
FanficBagaimana jika aku berhasil mencegah Seungcheol malam itu? Bagaimana jika aku menolak untuk menjemputnya? Bagaimana jika aku memberitahunya tentang malam itu? Apakah Seungcheol akan menerimaku dan membatalkan kepergiannya, rencana masa depannya yang...