Aku tidak menyangka akan mengatakan ini, tapi kurasa Mark bertingkah aneh. Mark Lee, putraku yang kukenal seperti diriku sendiri tengah bertingkah aneh selama seminggu belakangan dan aku tidak bisa menjelaskan atau mengerti kenapa. aku bahkan baru menyadarinya siang ini, bahwa ada sesuatu yang mencurigakan dari bocah itu.
"dia terus memintaku menjemputnya terlambat. dia bilang ada kelas tambahan karena liburan musim panas sudah dekat. tapi kau tahu? aku baru saja bertanya pada wali kelasnya dan ternyata tidak pernah ada kelas tambahan. maksudku ... kenapa? kenapa dia berbohong?" ceritaku.
Di seberang ku Chanyeol menanggapinya dengan dahi yang berkerut, karena seperti dugaan ku ini memang bukan kasus yang mudah dipecahkan. Mark bohong kepadaku? Newton pun tidak akan bisa menjawab kenapa.
Chanyeol mengaduk es americano-nya lebih dalam. alasannya mengajakku nongkrong setelah pulang kerja pasti bukan agar aku bisa melontarkan pertanyaan dari A hingga Z seputar Mark kepadanya, namun itulah yang terjadi selama 45 menit terhitung sejak kami memilih duduk di patio kafe, aku tidak bisa tahan untuk tidak membicarakan putraku. Bahkan saking asyiknya aku bercerita, aku sampai tidak peduli dengan fakta bahwa banyak sekali orang yang lalu lalang melewati kami sedari tadi, hal yang kuyakini akan membuat asam lambungku naik jika saja fokus ku tidak teralihkan sepenuhnya oleh Mark yang sekarang tengah berada di apartemen nyonya cha untuk ku titipkan.
"mungkin dia hanya ingin bersama dengan temannya lebih lama karena liburan musim panas sudah dekat?"
aku bukannya tidak menangkap ketidakyakinan dari nada bicara Chanyeol, namun kuabaqteluikan itu dan memilih untuk percaya pada jawabannya karena itulah praduga jawaban terbaik jika dibandingkan dengan yang aku pikirkan, bahwa Mark sedang menyembunyikan sesuatu dariku dan aku punya firasat jika aku tidak akan memafkannya dengan mudah seperti saat dia menyembunyikan sikat gigiku, atau pensilnya agar dia punya alasan untuk tidak mengerjakan tugas rumah. tapi rasanya salah menduga putraku yang baru berusia 6 tahun melakukan hal sebesar itu. memangnya sebesar apa kebohongan yang bisa dilakukan anak 6 tahun?
"mungkin begitu," ujar ku. "bagaimana dengan, hyung? ada sesuatu yang terjadi yang mungkin ingin kau ceritakan kepadaku." kucoba melemparkan topik padanya.
Chanyeol mengangkat bahu. "entahlah," katanya. dia menumpukan dagunya di atas tangan. "aku yakin aku ingin mengatakan sesuatu tadi, tapi lupakan saja, aku sudah lupa."
Kerja bagus Lee Jihoon, terus mengoceh tanpa henti dan tidak membiarkan lawanmu berbicara. aku memang teman mengobrol yang sangat sempurna.
"sungguh? maafkan aku."
Chanyeol menggeleng. "tidak, tidak. aku senang mendengarkanmu, sungguh. terlalu senang hingga lupa kalau aku sendiri punya sesuatu untuk dikatakan."
mungkin dia hanya mencoba membuatku merasa kurang merasa tidak enak dan setidaknya itu berhasil, tidak mungkin Chanyeol serius dengan perkataannya.
***
"Oh Jihoon ... ." ujar nyonya cha ketika membukakan pintu apartemennya untukku. "baru saja aku ingin menyiapkan makan malam. masuklah, mark sedang ... mmm ... katanya, pergi ke angkasa."
melihat wajah kebingunganku wanita itu tersenyum, namun tidak menjelaskan apapun selain membuka lebih lebar pintunya dan menyingkir untuk membiarkanku masuk.
Nyonya Cha bekerja dari rumah sebagai penerjemah bahasa Cina. tidak banyak yang aku ketahui tentangnya kecuali bahwa dia tinggal sendiri. aku tidak berani mengatakan bahwa kami dekat, pada kenyataannya kami hampir tidak pernah beretegur sapa mengingat nyonya cha hampir tidak pernah keluar dari rumah. tapi di saat-saat darurat seperti saat aku harus pergi tanpa Mark, nyonya cha adalah orang ketiga yang bisa kuharapkan untuk menjaga bocah itu di samping Jeonghan dan Jisoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
What If? (JICHEOL)
Fiksi PenggemarBagaimana jika aku berhasil mencegah Seungcheol malam itu? Bagaimana jika aku menolak untuk menjemputnya? Bagaimana jika aku memberitahunya tentang malam itu? Apakah Seungcheol akan menerimaku dan membatalkan kepergiannya, rencana masa depannya yang...